Rabu, 21 Januari 2015

Mempercayakan

Berkisah tentang seorang tukang sol sepatu di deretan kios Pasar Anyar, Sol Pandang.


Jadi , suatu hari saya pergi bersama ayah dan adik saya untuk sol sepatu. Karena musim hujan sudah datang, jadi untuk mencegah sepatu rusak, akhirnya kita pergi kesana. Ayah membawa kita ke tempat sol langganannya. Tampak sama seperti deretan di samping kanan kirinya. Kios kayu beralaskan aspal dengam bermacam-macam peralatan dan sepatu. Semuanya tampak biasa. Kami menunggu sambil diam mengamati.


Saat itu, pemiliknya datang. Tadi hanya ada emm anaknya mungkin. Kemudian datang kumpulan pemuda
"Pak yang ini harganya berapa?"
"150, de. Masih bagus itu. Coba aja diliat dulu" Ternyata disana dijual sepatu bekas juga 
"Wah gabisa kurang ini pak, 110 deh?" Si pemuda sangat tertarik, begitu juga temannya.
"Yaudah boleh" Si bapa mengiyakan.
"Simpan yang ini juga boleh pa? Minggu dwpan kuta balik lagi. Sekarang cuma muat beli satu"
"Yaudah sini bapak simpan ya."


akhirnya pemuda itu pergi. Ayah saya jadi tertarik dengan obrolannya
"Padahal di kanan kiri masih banyak yang jual sepatu baru ya. Tapi belinya kesini juga"
"Iya pak masih bagus itu. Tapi yang namanya rezeki mah udah ada yang atur. Kita tinggal jalanin aja."
"......." Saya terdiam
"Disini ada berapa tukang sol sepatu, pak?" Ayah saya bertanya
"Ada 15"
"Wah banyak ya. Rame terus pak?"
" iya Alhamdulillah. Udah ada yang ngasih, tinggal percaya aja. Saya juga yakin disini lagi ada malaikat yang bagi rezeki dari-Nya."


Terus datang lagi seorang bapak. Ingin membeli sepatu bekas juga. Sama seperti tadi, hargamya ditawar. Bapak itu kembali mengiyakan.


Saya merasa...entahlah. malu? Kepadanya yang memiliki keyakinan besar kepadaNya. Kepadanya yang mempercayakan seluruh hidupnya padaNya. Rasa syukur yang dimiliki luar biasa. Jadi ingat  kutipan di suatu buku "mempercayakan bukan hanya sekedar percaya" Bagaimana ia bukan hanya sekedar percaya akanNya, namun menyerahkan seluruh hidupnya...dengan usaha terbaiknya. Bagaimana ia memberi apa yang dia punya tanpa ragu akan nikmatnya.Bagaimana bapak itu berbagi dengan segala kecukupan yang dia miliki. 


 Ah bapak, terimakasih. Semoga Allah selalu melimpahkan demgan rezeki yang berkah :)

Sabtu, 17 Januari 2015

Pengecut.

Seringkali ingin melarikan diri, pergi yang jauh dari hiruk pikuk keramaian, dari semua orang. Melupakan segala masalah, tanggung jawab, pekerjaan. Egois? Memang. Pengecut? Memang. Penakut? Memang.


Sungguhan, aku sudah tahu bahwa tak ada gunanya lari dari masalah, karena msalah itu akan terus ada mengejar kan? Dan mau tidak mau harus dihadapi. Tapi, ayolah, bolehkah aku minta sedikit waktu saja? Namun suatu hal menyadarkanku, waktu tidak pernah menunggu ya? Dan ketika kembali semuanya menuntut untuk dikerjakan, semua meminta diselesaikan. Berpikir untuk melarikan diri lagi? Oh itu hanya akan membuatnya semakin menggunung dan berbelit seprti benang.


Terkadang hanya ingin pergi. Aku tak sekuat yang yang terlihat itu, kawan. Aku butuh menangis sendiri. Bukan untuk dikasihani. Tolong garis bawahi itu. Tak perlu kau hibur, tak perlu bersusah payah mebuatku tertawa, beri saja aku waktu. Biar aku yang mengobatinya sendiri. Namun ada yang membuatku khawatir. Bagaimana jika aku benar-benar pergi? Padahal bekal apalah yang sudah kupersiapkan di hari kemudian? Bagaimanakah kalu mereka benar-benar meninggalkanku dan membiarkan aku sendiri.


Maka aku benar berpiir ulang kembali, menjadi pengecut lebih menyusahkan ya?



Sabtu, 10 Januari 2015

hai 2015!


Nyatanya saya bohong mau ngisi blog ini. Frekuensi menulis di diary juga sekarang udah amat berkurang. Padahal saya punya ingatan yang buruk ternyata haaaa setelah mencoba inget-inget what happened last year. Kebanyakan lupanya atau cuma inget sedikit momen aja. Padahal kan.... penting untuk diingat bagaimana kita menghabiskan umur kita kan? 

Halo. Sekarang udah 2015!
Jadi biar gak lupa, mau nulis kejadian yang baru aja dialamin di awal tahun ini dan ya saya juga masih ga nyangka. 

Tepat banget, 1 Januari 2015
Saya diberi amanah baru, iya menjadi mas'ulah FSRB. Mas'ulah itu apa? Jadi semacam penanggung jawab untuk anggota akhwatnya (perempuan) dan FSRB itu apa? Jadi FSRB itu Forum Silaturrahim Rohis Bogor, rohis/dkm se-kota Bogor ngumpul disitu dan FSRB jadi wadahnya. Ya kurang lebih seperti itu. Nyangka? Enggak. Karena mengingat setahun ke belakang saya gabut banget karena hal sepele mungkin, iya saya minder. Malu semalu-malunya, dan saya jadi ga nyaman padahal mereka welcome dan baik banget. HUHU yang ini saya bener-bener minta maaf. Tapi setelah dijalanin dan meyakinkan diri sendiri saya bangkit lagi. Berusaha mengenal mereka dan balik kaya Sumayyah yang dulu. Yippie. Oke, balik lagi ceritanya. Jadi pertama, kandidat calon ketua itu diumumin pas lagi acara rohis juga, 13 Desember 2014 kalah gasalah. Dan saya cuma bengong-bengong sendiri. Terus ya seperti pemaparan visi misi blablablabla. Dan jeng 1 Januari 2014, kita ditanya-tanya banyak hal, mulai dari agama sampai kepimimpinannya. Saya ngerasa ilmu saya masih cetek banget disitu, ya Allah:( terus kita nunggu keputusan....dan nama saya terpanggil. "Amanah itu tidak pernah salah memilih pundak" kan? Doain saya semoga bisa jadi satu dari tujuh golongan yang akan mendapat syafaat kelak: pemimpin yang adil.
 


6 Januari 2015 
Tolong jangan ditertawakan, karena saya pun sudah cukup menertawakan diri saya sendiri HAHAHA. Iya jadi gini, saya diundang jadi pembicara. Beberapa menertwakan bahkan adik saya sampai tersedak mendengarnya. Ah saya sudah sangat terbiasa saya menimpali dengan bercanda juga. Jadi berangkatlah saya pagi-pagi ke sekolah mengurus perizinan.Terus langsung ke lokasi, iya di Ummul Quro, sekolah 11 tahun saya. Tepatnya di SDIT Ummul Quro. Jadi, disuruh  sharing tentang pengalaman UN dan cerita sekolah lanjutan. Hahahaha grogi banget! Disitu ada pembicara lain yang subhanallah membuat saya speechless, dia udah hafal 30 juz, iri! Dan seoramg yang mempunyai public speaking yang amat baik dan materinya juga jelas. Jadi saya merasa jadi peserta juga HEHE. Tapi alhamdulillah bermanfaat dan cukup untuk bernostalgia dengan sekolah kesayangan ini. Saya balik buru-buru jadi ga sempet ngobrol karena ditunggu di sekolah pas dzuhur. 


Nah itu tadi dua hari yang berkesan di 2015. Selamat menciptakan hari berkesan lainnya sum!