Kamis, 31 Desember 2015

Gak lucu sumpah, malu.

Saya suka nanya kapan sih berhenti ngelakuin hal-hal bodoh dan memalukan. Gatau deh. Mungkin urat malunya udah dijadiin bakso bulat-bulat.


Jadi, dua hari yang lalu saya ke Gramedia. Ngajak jalan-jalan sepupu saya yang lagi di Bogor. Nah terus disana ngeliat alat pijet bentuk kodok berwarna pink. Kenapa sih ada gituan di tengah-tengah rak buku?????!


Dengam isengnya saya ambil tuh. Terus pijet-pijet ke punggung sepupu saya itu. Pas mau balikin....


PRANG


PRANG


iya jatoh.



Terus kakinya copot satu gelindingan.



Terus saya ngejar-ngejar ngambilin kakinya itu.


DILIATIN ORANG-ORANG.



KENAPA JUGA MESTI COPOT TUH KAKI KODOK?


BETE.



Ya akhirnya merengek-rengek ke umi




"Miii bayarin dong. Pake uang aku ini. Tapi malu banget"


WAKAKAKA UMINYA OGAH.



Dengan menahan malu ke kasir. Pas di kasir


"Mbak...yang ini?"


"Iya jatoh mbak kakinya langsung copot tuh"


Jadilah saya pulang membawa kodok itu. Ada di atas lemari. Kesel setiap liatnya. Yaudahlah.  HAKHAKHAKAK


Terus kemaren juga main di Taman Irma Ade Suryani. Pokonya di Taman Topi. Isi mainannya kaya Pasar Malem tapi ini siang. Daripada sepupu saya ngerengek-ngerengek yaudah diajak main aja . 


Dengan membuang jauh-jauh rasa malu, setelah naik monorail sama bom-bom car (saya mah teriak-teriak aja kerjaanya) Naik gajah terbang. HAHAHAHAHA. Ga sadar umur dan badan emang. Jadi itu ada bentuk gajah, heli, roket, dan lain-lain yang muter-muter naik-turun, naik-turun.


Sedangkan yang lain mah bocah-bocah, ini saya duduknya aja sempit, kakinya nekuk parah. HIKS. Iya tapi saya seneng kok. Teriak-teriak girang walaupun diliatin. Ga ada yang kenal ini gapapa deh ya? :)


Malemnya pas makan pecel lele ada pengamen tuh.


Ga sadar saya ikutan nyanyi


Kenceng banget.


Mana alay lagi.


jujurlah sayaaaaang 
aku tak mengapa
biar semuaaa
jelas tlah berbedaaa


Kaka saya udah pasang muka ga kenal sambil nahan ketawa.


Yaudahlah maafin.


Liburannya nista banget.


Gimana liburannya guys?

Selasa, 15 Desember 2015

Pulang?

Kehidupan ini adalah sebuah perjalanan. Dan setiap perjalanan a!kan bermuara pada satu hal, pulang.


Entah pulang dalam definisi apapun itu. Pulang ke rumahnya kah, atau pulang kembali pada dirinya, pada fitrahnya.


Untuk setiap perjalanan yang dilalui, dengan matahari yang terbit tiap harinya. Disadari tau tidak, bahkan diperhatikam atau tidak. Ia kembali. Kembali bersinar. Seperti janjinya setiap hari. Walau ada kabut mendung diatasnya.


Seperti hari yang dilalui, entah itu baik atau buruk. Kenangan dan kisah di masa lalu. Walaupun kabut mendung diatasnya, perlukah disesali apa yang terjadi.


Hanya, hanya, hanya dengan memeluknya erat. Berdamai. Menerima.


Ia akan memanggil dengan seruanNya. Memanggil untuk pulang.



***


IYA BARU SELESAI BACA PULANGNYA TERE LIYE SETELAH BERABAD-ABAD LALU DIBELI. HUHUHUHU.


Jadi ceritanya, bulan-bulan yang lalu, kakak bilang


"Novelnya Tere Liye ada yang baru ya, Sum?"

"OIYAH?"

"Iya tadi kalau gasalah judulnya Pulang gitu liat di kereta"


Dengan semangat 45, besoknya pulang sekolah ke toko buku. Ga ada. Jumatnya lebih lengang ke toko buku lainnya!!. Ga ada. Akhir pekan kesana lagi, ga ada. Jadilah saya sedih-sedih gajelas. Terus Umi bilang

"Ini temen umi ada yang jual online,mau gak?"


"MAULAAAAH!!"

Iya akhirnya beli online. Dan ga lama setelah itu ke ya sebutlah Gramedia, ada. Benar-benar.


Setelah sampe, ga langsung baca. Karena sungguh kejam ulangan dan tugas itu. Yasudahlah.

Dan baru nyelesain hari ini. Sumpah nyesel kenapa baru baca!!!


Tulisan di atas bukan kutipannya kok. Itu terinspirasi dari Novelnya, bab 21. Favorit. Memeluk Erat.


Ah maaf kalau berlebihan. Seleranya memang yang seperti ini. Umi aja sampe ikutan baca novel Tere Liye semuanya :)))))))))))))))))


HAHAHA ini bukan resensi maaf. Baca, baca, resapi.


Kamis, 10 Desember 2015

Meragu

Lagi-lagi berhenti melangkah. Diam, mengambil jeda panjang. Entah harus menuju kemana. Kanan atau kiri, berhenti di persimpangan. Kenapa masih meragu? Apa yang diragukan?


Lagi-lagi berpikir. Tentang sebuah keputusan besarkah? Tentang menjatuhkan pada sebuah pilihan. 


Lagi-lagi saya meragu. Bisik sana dan sini tak berpengaruh apapun. Membuat bising. Pusing. 


Namun lagi-lagi bertanya pula, kenapa harus meragu? Kemudian ada yang berbisik


Atau kamu takut?

Sabtu, 10 Oktober 2015

Teruntuk

01.20

Assalamualaikum warrahmatullahi wa barakatuh
(Katanya, jangan disingkat kan? :) )

Teruntuk, teman, sahabat, adik, keluarga.

Hai! Apa kabar?

Tahunnya sudah berganti ya?

 

Akhirnya juga akan ada yang diganti. Ada yang sudah mendekati gerbang, katanya. Memberikan tongkat estafet yang harus terus dijalankan. Memberikan sebuah kepercayaan, amanah yang besar. Hai, dik! Sudah siap?


Satu tahun yang lalu, jumlah mereka ada lima puluh. Adik yang luar biasa hebatnya. Akhirnya bertambah lagi menjadi 62. Lingkarannya makin besar ya?






  

Mereka yang mau belajar dan senang bertanya. Walaupun kalau ditanya balik, jawabnya hanya senyum-senyum. Yang selalu menyempatkan diri untuk hadir di setiap kegiatan. Kadang-kadang malu, mengingat jumlah mereka lebih banyak dari kami.

  

Terimakasih untuk satu tahun lalu yang sangat hebat. Terimakasih untuk setiap kontribusi, setiap kerja keras yang kalian berikan.Terima kasih untuk berjalan bersama-sama kami. Terima kasih telah menulis nama di formulir yang telah kami berikan. Memilih berjuang bersama-sama.


Sekarang giliran kalian ya?  Mengubah setiap kata kerja di- menjadi me- . Mungkin akan lelah awalnya. Harus keluar dari zona nyaman yang telah kalian tinggali.Semuanya akan terbalas ketika melihat senyum-senyum dari adik kalian yang baru. Sama halnya seperti kami, yang melihat kalian. Sekarang sudah menjadi kakak ya?

 

Mohon maaf kalau setahun ke belakang, kami memberi contoh yang tidak baik. Masih banyak kekurangan. Kurang menyapa. Kurang tersenyum. Kurang merangkul. Kurang mendekatkan diri. Maaf kalau kami belum menjalankan peran kami sebaik-baiknya.

   
Jadilah kakak yang lebih hebat nantinya, ya!
Kali ini, hanya bisa mendoakan dari kejauhan. Melihat kalian dengan penghuni baru yang jumlahnya dua kali lipat dari kalian. Lebih banyak daripada kita, ya, jumlahnya? :) Selamat menjadi kakak!


Titip rumah ini beserta seluruh isinya. Tolong dijaga dengan baik-baik. Kami percaya, selalu percaya. Selamat datang, DKM Transformasi.



Minggu, 09 Agustus 2015

Bingung

Apa bingung akan selalu melanda ketika kaki hendak melangkah ke kehidupan selanjutnya? Setiap tangga yang akan dilewati, kita akan berhenti sejenak. menatap anak tangga di kanan, kiri, depan. Perasaan takut menyergap. Takut kalau-kalau pilihan itu ternyata salah. Atau takut-takut kalau kaki tak sanggup mencapai anak tangga. Dan membuat kita menggelinding di tangga bawah. Ah bagaimana. Mengangkat kaki-pun belum, mengapa ribut-ribut takut begini dan begitu?

Dulu, dulu sekali. Saya tak pernah bingung hendak melanjutkan kaki ke anak tangga yang mana. Semuanya begitu lurus-lurus saja. Dari TK, SD, SMP saya bersekolah di bawah naungan yag sama. Ketika menengah atas, saya sempat mecoba sebuah sekolah. Ternyata memang bukan jodohnya. Toh dengan lapang, saya menerima. Saya mendaftar juga ke sekolah yang sama dengan Abang saya. Nekat memang. meningat saya hanya seorang anak yang berasal dari kabupaten. Dengan NEM yag coba dibandingkan dengan teman-teman pasti saya di bawah rata-rata. Saya juga tidak punya sekolah cadangan saat itu. Rupanya langit tergugah dengan doa-doa yag selalu mengiringi saya. Seperti umi dan ayah. Niat saya dulu hanya ikut-ikutan juga tak dapat dipungkiri. Rupanya Allah ingin membuka mata saya lewat sekolah ini. Saya diajari banyak hal. Niat ikut-ikutan ini juga segera hilang begitu saja, ketika melihat betapa kehidupan yang tercipta di sekolah ini.

Dua tahun sudah. Sekarang sudah menginjak tahun ke-tiga. Katanya sih tahun terakhir dan sebagai tahun pembuktian. Sebagai tahun penentuan kelanjutan. Nah ini. Nah. Saya mulai bingung. Ini bukan terkait kakak, atau keinginan orang tua saya lagi. Ini tentang saya, diri saya, dan masa depan saya.

"Pernah ga sih mikir kita tuh beneran mau ini gak sih?"
"Sering. Terus ujungnya baca-baca alasan yang menguatkan buat disana"
"Jadi makin kuat atau jadi ragu?"
".................."

Saya sendiri juga heran dengan pilihan saya sekarang. Tapi banyak alasan yang terus menguatkan saya untuk ada disana. Coba kita cerita dulu. Sederhana saja, apa cita-cita saya dulu sewaktu kecil? Jadi guru TK. Padahal saya waktu itu masih TK. Mau tau apa alasannya? Karena saya bisa bahagia, setiap hari. Terus saya sadar, toh nantinya juga saya akan menjadi guru dan sekolah pertama bagi hm ya itu. Jadi saya masih bisa mencapai cita-cita saya. Semoga.


Dulu dokter pernah masuk jajaran mimpi saya. Mimpi saya untuk mewujudkan keinganan umi. Tapi saya sadar jiwa saya ga disana. Untungnya abang saya masuk kedokteran! Saya merasa terbebas. Ha. Walaupun sekaprang tidak jauh dari itu. Tapi saya senang membaca setiap artikelnya. Menikmati setiap menonton kasus-kasus walaupun masih agak ngeri.

Ah kan jadi bingung.

Selasa, 28 Juli 2015

Panggilnya Ayah

Sambil menunggu sahur, saya mau bercerita tentang satu sosok,  laki-laki pertama dalam hidup saya.

Biasanya dipanggil ayah. Salah seorang dosen di sebuah institut negeri di Bogor. Mengajar Fisika.  Saya ga berlebihan kalau bilang ayah pintar luar biasa. Meskipun harus nunggu ayah pulang malam, atau bangun pagi-pagi, Ayah selalu membantu mengerjakan pr hitungan saya, atau review ketika ulangan. Walaupun saya bebal banget sama yang namanya fisika. Sering ngomel-ngomel sendiri

"Ngapain sih bola gelinding diitung?"
"Jatuh ya jatuh aja! Repot banget"

Ah ayah....tetep diem aja. Ayah emang orang yang pendiam. Gatau petakilannya saya nurun darimana. Tapi ayah sekalinya ngomong...jleb. Omongannya selalu berbobot. Ya... walaupun sebenernya jarang ngobrol huhuhuhu.Ayah yang tenang dan sangat tabah. ((((Yang ga diturunin ke saya pastinya))))

Ayah yang kadang kalau bercandaan suka garing hahaha. Tapi saya ketawa aja. Yang kalau foto suka cengengesan. Yang sealu menerapkan fisika di kehidupannya.

A: Tau gak kenapa jalannya lambat? Sesuai asas bernoully kalau makin luas permukaan, kecepatannya semakikn kecil. Liat nih kan sekarang dua jalur, malah ga jalan kan!

Maksa sih yah...itu kan fluida...Yaudah saya cuma mangut-mangut sok ngerti. Terus ketawa. Ayah yang kalau makan nasi selalu ngelebarin permukaan nasinya. Gimana ya...jadi ga dikepal atau numpuk gitu. Nanti kalornya cepat berpindah?!

Satu-satunya yang saya berani bersikap manja. Ah saya kan tetap putri kecil ayah. Saya suka gelendotin tangannya kalau jalan. Atau ngerengek-ngerengek minta dibeliin novel atau diajak kemana. Atau ngambek-ngambek minta dianterin ke sekolah karena telat....padahal ayah ke Dermaga. Kasiannya....

Ayah yang punya alarm sholat di kepalanya. Kalau adzan pasti langsung bangun. Yang dulu suka ngeprint ayat terus ditempel di kardus. Terus dihafal. Lebih mudah katanya. Ayah itu yang dibilang laki-laki paling lurus kata umi.

Hari ini bukan hari spesial ayah. Malah hari ini ulang tahun Kakak. Happy birthday, my nurseeee! Tapi kemarin dapet musibah. Saya bener-bener salut sama ayah. Tanggung jawabnya, kesabarannya, tegarnya, optimisnya.

Kalau kriteria saya ketinggian....salahin aja ayah!♥

Sabtu, 04 Juli 2015

Sok Tahu

Karena satu hal, jatuh menurut saya tidak semudah itu. Terlepas dari pesona fisik, materi, ideologi maupun pemikiran. Jatuhnya saya penuh perhitungan. Hitung-hitung soal dia denganNya tentu saja.


Jatuh buat saya perlu alasan. Alasan terlepas dari duniawi tentu saja. Karena jika alasan duniawi itu hilang, ya mudah saja pergi.


Ah jatuh jatuh jatuh ini mengapa dibuat repot sih?



Satu lagi soal jatuh. Mungkin  jatuh yang berkaitan dengan waktu. Bukan sekarang pastinya.



Ah kuno ya?



Minggu, 14 Juni 2015

-

Jadi, ceritanya ada yang gak ngajak-ngajak kumfrak. Katanya malah ini  kumfrak terakhir pp-km. Terakhir ya? Iya tega banget emang semuanya. Hehehehe bercanda deh, sayanya aja yang lagi kabur kok. Halo dari Pulau Dewata!





Seneng ya kemarin? Gimana rasanya? Pasti ada yang kurang kan? Soalnya ga ada saya. HAHAHA gak deh, bercanda kok.







Jadi dari kemarin saya udah niat banget buat free call, pengen ikutan ceritanya. Eh ternyata hpnya mati. Yaudahlah ya.  Pasti ngomong keju-keju yang bikin giung ya? Dari dulu selalu sama ya bahasannya.  Tentang..........keluarga?



Sekarang ada yang sudah besar. Sudah mau turun lantai untuk berada di tengah. Ada juga yang bersiap ke dasar. Siap diganti.



Basi gak, kalau saya bilang rasanya waktu cepet  banget ya? Ingat pertmana kali gimana mereka dikumpulkan, nyempetin dateng buat dengerin ocehan gajelas. Atau mereka yang datang ke wawancara. Kita baik kok, jangan takut (kecuali si Bos WKWKWKWKWKK , maaf saya emang anak buah terkutuk sepanjang masa) Terimakasih ya.  Untuk partisipasi dan kedatangannya di setiap kegiatan. Btw, kenapa saya jadi baper banget ya. Misinya berhasil kok han, "bikin teh sumi baper" kan? 



Dimana lagi ya, saya ketemu keluarga sebesar ini?  Keluarga ya? Tapi kemaren saya ga boleh pulang katanya kalau belum kasih oleh-oleh. Lihat nanti berapa banyak batu karena kutukan saya sama kaya malin kundang. Katanya keluarga ya? Jadi udah kenal semuanya belum? Udah pernah sapa atau tersenyum? 



Saya cuma mau bilang, pergi kemanapun nanti, sejauh apapun itu, selelah apa, ingat keluarga di rumah (Iwa banget) wkwkwk gak bohong deh, selalu ada yang menerima dan ya jadi tempat berpulang.Ah basi, ya? Kalian sudah jauh mengerti sekarang. Keluarganya sudah harmonis. Semoga. Ada misi yang menunggu untuk dikerjakan. Ada banyak orang yang menunggu diajak untuk menuju ke JalanNya.



Semangat untuk terus menebar kebaikan. Janji Allah itu pasti, kan?



Terakhir buat yang sedang berusaha tidak peduli,



saya titip mereka.

Senin, 08 Juni 2015

Sibuk


Sekali-kali ingin menjadi yang paling tidak peduli
Menjadi yang paling tuli
Acuh dengan lingkungan sekitarnya
Tutup mata hanya melihat dunianya

Ingin sendiri
Di tengah sepi
Jangan!
Jangan ada yang menghampiri!

Terpikir untuk sibuk dengan urusannya
Urusan yang membahagiakan
juga memanjakan baginya

Boleh aku minta waktu itu?

Tapi,

Apa urusan menyendiri itu yang paling membahagiakan buatmu?

Atau bahagiamu memang sibuk pikir ini urus itu?

Minggu, 24 Mei 2015

Untuk.

Saya gatau sih, kamu nantinya membaca ini atau tidak. Iya, buat apa mampir disini. Ga penting. Apalagi di tengah kesibukan kamu yang daridulu juga saya sudah maklum. Saya juga bingung kenapa ya akhirnya nulis ini. Cuma yang jelas, saya


rindu.


Sehabis melakukan kegiatan rutinan yang saya lakukan, berselancar di dunia maya, intinya. Blog kamu selalu jadi destinasi perselancaran saya ini. Seakan mendengar cerita yang kamu alami dan apa yang kamu rasakan. Itu cukup buat saya.

Saya membaca salah satu postingan kamu, ada yang tertulis, teman sebangku yang satu tahun selalu bersama sama pun kadang dengan mudah saya lepas begitu saja. Boleh jujur? Saya sedih membacanya. Tapi saya sadar, saya juga tidak berusaha menjaga kamu. Maaf, untuk yang ini.

Sedih, bahwa teorimu tentag pertemanan yang hanya dikarenakan situasi dan kondisi, ternyata benar terjadi. Sedih, bahwa karena terpisah koridor, entah kita seperti berada di duni yang berbeda. Saya kangen kalian, kangen kita bertiga. Kangen dengan segala obrolan kita yang gajelas. Kangen ketawanya kita yang sama-sama bikin semua orang nengok. Kangen, walaupun selalu saya yang dibully dan ngerasa yang paling bodoh di antara dua orang yang otaknya luar biasa kaya kalian.

Semoga, ga baca ya. Ini bikin giung, takut sakit gigi. Eh tapi kalau sakit ke gigi, saya siap mengobati kok, lima tahun lagi ya.

Sukses dengan urusannya masing-masing. Seenganya, semoga kita masih bisa saling menyapa. Semoga setiap cita-cita dan mimpi yang pernah kita bagi itu terwujud.

Semangat dan sukses. Jangan lupa makan, nanti makin kering kerontang.



Jumat, 03 April 2015

"Katanya Ibu"

 "Mamaaaa"
"Iya umiiii"
"Haaaa sumiii"
"Halo mama!"
"Ibunya DKM"




Iya, kadang saya sering denger panggilan-panggilan seperti itu. Sering dianggap seperti itu. Sering kalau bertemu, tiba-tiba dipeluk sekian rupa. Dapet laporan si ini begini begitu. Disapa dengan ramahnya.


Terus saya suka sadar, rasanya berat ya. Saya belum memberi sebegitu besar seperti "ibu" lainnya. Belum sepeka itu perasaanya. Kadang, saya masih besar egonya. Suka nanya sama diri sendiri "mana ada ibu yang kabur-kaburan kaya gini" Hahaha ga kebayang. Kok jadi lucu.


Mungkin untuk tugas administratif nya saya masih mengerjakan. Walaupun sering telat dan ditagih-tagih kaya diteror. Maklum ya, deadliner. Tapi untuk tugas "yang-seperti-lainnya" saya rasa belum mampu.


Saya sering mikir "kalau yang seharusnya membuat nyaman tapi merasa tidak nyaman, harus apa?" Iya. Saya harus apa? Ternyata masalahnya ada di saya. Saya bahkan gak membangun pondasi yang kuat buat diri saya sendiri. Payah.


Tapi, satu hal yang pasti saya seneng banget kenal kalian semua. Sapa sana-sini. Denger cerita kalian. Jawab pertanyaan macem-macemnya kalian. Kadang menjadi sandaran. Saya amat berbahagia. Alhamdulillah sangat bersyukur. Lihat keramaian kalian kalau kumpul, lihat narsisnya kalian, atau keju-kejunya, post di media sosial kalian. Saya gatau lagi harus mengucap apa ada di lingkaran yang sangat besar ini. Doain ya, saya mau terus belajar, ingetin terus ya.




Sabtu, 14 Maret 2015

Masa Depan

Siapa yang tak pernah membicarakannya? Dua kata yang penuh misteri. Siapa yang tau masa depannya seperti apa? Kelak akan menjadi apa, berada dimana, dengan siapa. Siapa yang tak pernah memimpikannya? Menjadi begini begitu lima atau sepuluh tahun lagi, berada di tempat hebat bersama orang tersayang di sampingnya.

Dulu, dulu, sekali, ketika aku kecil, aku sering mendesakNya. Berdoa di sebelum tidurku "Ya Allah, tunjukan sedikit masa depanku. Aku penasaran" Sungguh, aku seperti itu. Merengek dan merajuk. Berharap punya mesin waktu seperti kartun kesukaan ku. Nihil. Tak kutemukan sedikit pun clue.

Aku lantas tertawa mengingatnya. Kita sendiri yang punya rancangan. Kita sendiri yang menyusun masa depan kita seperti apa. Kita sendiri  yang tentukan. Terlepas dari Dia yang lebih tau mana yang terbaik untukmu. Terlepas dari ini melenceng dari yang aku rencanakan! Sekali lagi, Dia yang Maha Mengetahui.

Kita hanya berusaha. Menanam dan merawat dengan sebaik-baiknya. Lantas melibatkanNya dengan doa dan sujud di setiap harinya. Kelak kita yang akan memetik hasil jerih payah, usaha, doa, kita.

Kali ini aku tak akan merajuk lagi. Tak akan memaksa lagi ditunjukan masa depannya. Sumpah! Aku kan yang punya blue print di tanganku? Meski engkau yang mengetahui bangunan jadinya.




Kamis, 12 Maret 2015

Hanya.

Ternyata aku hanya dari yang Sang Maha. Hanya butiran pasir dari laut luas. Hanya satu sel dari tubuh manusia. Hanya tetesan air dari hujan deras. Hanya butiran garam di laut lepas. Hanya setitik kecil dari galaksi raksasa.

Lantas, apa yang harus dibanggakan, hai kecil. Bahkan ciptaanNya yang lain lebih besar darimu. Lihat gunung yang menjulang. Lihat langit yang terhampar luas. Lihat bumi yang berpurtar ini. Lihat gugusan bintang lainnya. Lihat seluruh galaksi. Dimanakah engkau?

Bagaimana besar kuasa sang Pencipta. Sang Maha dari segala-galanya. Lantas, masih ingin berjalan di atas bumi dengan menegakkan kepala? Lupa di atas langit bahkan masih ada langit. Lupa akan sang Maha Hebat yang mengawasimu? 

Rabu, 04 Maret 2015

Tapi, hidup tidak sekebutulan itu, ya. Memang sudah ada yang merencanakannya, kan? 

Minggu, 22 Februari 2015

Tujuh Belas Tahun

Hari ini saya 17 tahun, iya hari ini hari kelahiran saya. Umur saya di dunia udah berkurang satu tahun lagi. Entah tahun depan atau nanti dua tahun lagi masih bisa bertemu dengan tanggal ini. Mendapat ucapan dan doa terbaik.

Ga ada surprise atau apa sih. Atau perayaan sweet seventeen semacam itu. Alhamdulillah masih ada yang ingat, masih ada yang mendoakan. Alhamdulillah masih ada keluarga saya yang beliin kue. Saya ga mempersalahkan itu. Saya juga hampir lupa ini ulang tahun saya ha ha ha. Hari ini juga saya menyibukkan diri saya sendiri. Pergi keluar, sendiri hehehe. Ah, saya secuek itu ternyata sama diri sendiri.

Cuma satu yang saya takutkan, kalau saya mati, saya berpulang, adakah yang mengantar? Mengucap belasungkawa dan mendoakan saya? Itu. Itu yang paling saya takutkan.


Oh iya, belum mengucapkan untuk diri sendiri. Selalu berusaha untuk terus memperbaiki dirimu ya sum :) Selamat untuk terus mendekatkan diri pada-Nya.

Kamis, 05 Februari 2015

Perbaikan

 Lagi-lagi jatuh karena pandangan orang, tentang kamu yang tidak begini begitu, tentang kamu yang gagal mendapatkan suatu pencapaian. Jadi motivasi kamu ini apa sum selama ini? Hanya untuk pandangan orang? Membangun sebuah tampilan yang bagus dari luar? Poles sana sini. Cling!


Coba kerjakan karenaNya, tenang kan? Ikhlas kan? Tak perlu takut, bahkan dia melihat usahamu, ikhtiarmu, doa, sujud panjangmu. Bukan hanya hasil semata kan. Sum, ada yang perlu diperbaiki  bukan? 

Suatu hari

Suatu hari nanti, mungkin kamu akan merindukan masa itu. Kala kau berseragam abu-abu. Ketika bercanda bersama temanmu, meledek satu sama lain. Ketika menertawakan apa-apa  yang sepele, bahkan menertawakan dirimu sendiri. Ketika mendengar segala keluh kesah, walaupun maaf aku terkadang tak punya jawaban untukmu, jawaban atas permasalahanmu.


Suatu hari nanti, mungkin kamu akan merindukan bangun terlambat setiap pagi. Terburu-buru menyiapkan segalnya. Berangkat ketika jam hampir mengarah angka 7. Sesampainya di sekolah lantas kamu berlari dulu mengelilingi lapangan. Meminta surat izin. Tertawa lebar saat temanmu melirik tajam dengan pertanyaan "terlambat lagi?"



Suatu hari nanti, kamu akan merindukan minggu-minggu penuh dengan tugas dan ulangan. Rasanya penat ingin cepat melewatinya. Bertanya-tanya soal apa saja yang akan keluar. Meminta catatan pada temanmu, meminta diajarkan. Bersorak ketika ulangan ditiadakan. Menggumam saat soal dirasa sangat sulit. Mengumpat saat lupa atau salah menghitung.



Semuanya suatu saat nanti, akan jadi suatu yang dirindukan kan?




Yang sedang meliburkan diri.

Cepat sembuh sum!

Rabu, 21 Januari 2015

Mempercayakan

Berkisah tentang seorang tukang sol sepatu di deretan kios Pasar Anyar, Sol Pandang.


Jadi , suatu hari saya pergi bersama ayah dan adik saya untuk sol sepatu. Karena musim hujan sudah datang, jadi untuk mencegah sepatu rusak, akhirnya kita pergi kesana. Ayah membawa kita ke tempat sol langganannya. Tampak sama seperti deretan di samping kanan kirinya. Kios kayu beralaskan aspal dengam bermacam-macam peralatan dan sepatu. Semuanya tampak biasa. Kami menunggu sambil diam mengamati.


Saat itu, pemiliknya datang. Tadi hanya ada emm anaknya mungkin. Kemudian datang kumpulan pemuda
"Pak yang ini harganya berapa?"
"150, de. Masih bagus itu. Coba aja diliat dulu" Ternyata disana dijual sepatu bekas juga 
"Wah gabisa kurang ini pak, 110 deh?" Si pemuda sangat tertarik, begitu juga temannya.
"Yaudah boleh" Si bapa mengiyakan.
"Simpan yang ini juga boleh pa? Minggu dwpan kuta balik lagi. Sekarang cuma muat beli satu"
"Yaudah sini bapak simpan ya."


akhirnya pemuda itu pergi. Ayah saya jadi tertarik dengan obrolannya
"Padahal di kanan kiri masih banyak yang jual sepatu baru ya. Tapi belinya kesini juga"
"Iya pak masih bagus itu. Tapi yang namanya rezeki mah udah ada yang atur. Kita tinggal jalanin aja."
"......." Saya terdiam
"Disini ada berapa tukang sol sepatu, pak?" Ayah saya bertanya
"Ada 15"
"Wah banyak ya. Rame terus pak?"
" iya Alhamdulillah. Udah ada yang ngasih, tinggal percaya aja. Saya juga yakin disini lagi ada malaikat yang bagi rezeki dari-Nya."


Terus datang lagi seorang bapak. Ingin membeli sepatu bekas juga. Sama seperti tadi, hargamya ditawar. Bapak itu kembali mengiyakan.


Saya merasa...entahlah. malu? Kepadanya yang memiliki keyakinan besar kepadaNya. Kepadanya yang mempercayakan seluruh hidupnya padaNya. Rasa syukur yang dimiliki luar biasa. Jadi ingat  kutipan di suatu buku "mempercayakan bukan hanya sekedar percaya" Bagaimana ia bukan hanya sekedar percaya akanNya, namun menyerahkan seluruh hidupnya...dengan usaha terbaiknya. Bagaimana ia memberi apa yang dia punya tanpa ragu akan nikmatnya.Bagaimana bapak itu berbagi dengan segala kecukupan yang dia miliki. 


 Ah bapak, terimakasih. Semoga Allah selalu melimpahkan demgan rezeki yang berkah :)

Sabtu, 17 Januari 2015

Pengecut.

Seringkali ingin melarikan diri, pergi yang jauh dari hiruk pikuk keramaian, dari semua orang. Melupakan segala masalah, tanggung jawab, pekerjaan. Egois? Memang. Pengecut? Memang. Penakut? Memang.


Sungguhan, aku sudah tahu bahwa tak ada gunanya lari dari masalah, karena msalah itu akan terus ada mengejar kan? Dan mau tidak mau harus dihadapi. Tapi, ayolah, bolehkah aku minta sedikit waktu saja? Namun suatu hal menyadarkanku, waktu tidak pernah menunggu ya? Dan ketika kembali semuanya menuntut untuk dikerjakan, semua meminta diselesaikan. Berpikir untuk melarikan diri lagi? Oh itu hanya akan membuatnya semakin menggunung dan berbelit seprti benang.


Terkadang hanya ingin pergi. Aku tak sekuat yang yang terlihat itu, kawan. Aku butuh menangis sendiri. Bukan untuk dikasihani. Tolong garis bawahi itu. Tak perlu kau hibur, tak perlu bersusah payah mebuatku tertawa, beri saja aku waktu. Biar aku yang mengobatinya sendiri. Namun ada yang membuatku khawatir. Bagaimana jika aku benar-benar pergi? Padahal bekal apalah yang sudah kupersiapkan di hari kemudian? Bagaimanakah kalu mereka benar-benar meninggalkanku dan membiarkan aku sendiri.


Maka aku benar berpiir ulang kembali, menjadi pengecut lebih menyusahkan ya?



Sabtu, 10 Januari 2015

hai 2015!


Nyatanya saya bohong mau ngisi blog ini. Frekuensi menulis di diary juga sekarang udah amat berkurang. Padahal saya punya ingatan yang buruk ternyata haaaa setelah mencoba inget-inget what happened last year. Kebanyakan lupanya atau cuma inget sedikit momen aja. Padahal kan.... penting untuk diingat bagaimana kita menghabiskan umur kita kan? 

Halo. Sekarang udah 2015!
Jadi biar gak lupa, mau nulis kejadian yang baru aja dialamin di awal tahun ini dan ya saya juga masih ga nyangka. 

Tepat banget, 1 Januari 2015
Saya diberi amanah baru, iya menjadi mas'ulah FSRB. Mas'ulah itu apa? Jadi semacam penanggung jawab untuk anggota akhwatnya (perempuan) dan FSRB itu apa? Jadi FSRB itu Forum Silaturrahim Rohis Bogor, rohis/dkm se-kota Bogor ngumpul disitu dan FSRB jadi wadahnya. Ya kurang lebih seperti itu. Nyangka? Enggak. Karena mengingat setahun ke belakang saya gabut banget karena hal sepele mungkin, iya saya minder. Malu semalu-malunya, dan saya jadi ga nyaman padahal mereka welcome dan baik banget. HUHU yang ini saya bener-bener minta maaf. Tapi setelah dijalanin dan meyakinkan diri sendiri saya bangkit lagi. Berusaha mengenal mereka dan balik kaya Sumayyah yang dulu. Yippie. Oke, balik lagi ceritanya. Jadi pertama, kandidat calon ketua itu diumumin pas lagi acara rohis juga, 13 Desember 2014 kalah gasalah. Dan saya cuma bengong-bengong sendiri. Terus ya seperti pemaparan visi misi blablablabla. Dan jeng 1 Januari 2014, kita ditanya-tanya banyak hal, mulai dari agama sampai kepimimpinannya. Saya ngerasa ilmu saya masih cetek banget disitu, ya Allah:( terus kita nunggu keputusan....dan nama saya terpanggil. "Amanah itu tidak pernah salah memilih pundak" kan? Doain saya semoga bisa jadi satu dari tujuh golongan yang akan mendapat syafaat kelak: pemimpin yang adil.
 


6 Januari 2015 
Tolong jangan ditertawakan, karena saya pun sudah cukup menertawakan diri saya sendiri HAHAHA. Iya jadi gini, saya diundang jadi pembicara. Beberapa menertwakan bahkan adik saya sampai tersedak mendengarnya. Ah saya sudah sangat terbiasa saya menimpali dengan bercanda juga. Jadi berangkatlah saya pagi-pagi ke sekolah mengurus perizinan.Terus langsung ke lokasi, iya di Ummul Quro, sekolah 11 tahun saya. Tepatnya di SDIT Ummul Quro. Jadi, disuruh  sharing tentang pengalaman UN dan cerita sekolah lanjutan. Hahahaha grogi banget! Disitu ada pembicara lain yang subhanallah membuat saya speechless, dia udah hafal 30 juz, iri! Dan seoramg yang mempunyai public speaking yang amat baik dan materinya juga jelas. Jadi saya merasa jadi peserta juga HEHE. Tapi alhamdulillah bermanfaat dan cukup untuk bernostalgia dengan sekolah kesayangan ini. Saya balik buru-buru jadi ga sempet ngobrol karena ditunggu di sekolah pas dzuhur. 


Nah itu tadi dua hari yang berkesan di 2015. Selamat menciptakan hari berkesan lainnya sum!