Kamis, 31 Desember 2015
Gak lucu sumpah, malu.
Selasa, 15 Desember 2015
Pulang?
Entah pulang dalam definisi apapun itu. Pulang ke rumahnya kah, atau pulang kembali pada dirinya, pada fitrahnya.
Untuk setiap perjalanan yang dilalui, dengan matahari yang terbit tiap harinya. Disadari tau tidak, bahkan diperhatikam atau tidak. Ia kembali. Kembali bersinar. Seperti janjinya setiap hari. Walau ada kabut mendung diatasnya.
Seperti hari yang dilalui, entah itu baik atau buruk. Kenangan dan kisah di masa lalu. Walaupun kabut mendung diatasnya, perlukah disesali apa yang terjadi.
Hanya, hanya, hanya dengan memeluknya erat. Berdamai. Menerima.
Ia akan memanggil dengan seruanNya. Memanggil untuk pulang.
***
IYA BARU SELESAI BACA PULANGNYA TERE LIYE SETELAH BERABAD-ABAD LALU DIBELI. HUHUHUHU.
Jadi ceritanya, bulan-bulan yang lalu, kakak bilang
"Novelnya Tere Liye ada yang baru ya, Sum?"
"OIYAH?"
"Iya tadi kalau gasalah judulnya Pulang gitu liat di kereta"
Dengan semangat 45, besoknya pulang sekolah ke toko buku. Ga ada. Jumatnya lebih lengang ke toko buku lainnya!!. Ga ada. Akhir pekan kesana lagi, ga ada. Jadilah saya sedih-sedih gajelas. Terus Umi bilang
"Ini temen umi ada yang jual online,mau gak?"
"MAULAAAAH!!"
Iya akhirnya beli online. Dan ga lama setelah itu ke ya sebutlah Gramedia, ada. Benar-benar.
Setelah sampe, ga langsung baca. Karena sungguh kejam ulangan dan tugas itu. Yasudahlah.
Dan baru nyelesain hari ini. Sumpah nyesel kenapa baru baca!!!
Tulisan di atas bukan kutipannya kok. Itu terinspirasi dari Novelnya, bab 21. Favorit. Memeluk Erat.
Ah maaf kalau berlebihan. Seleranya memang yang seperti ini. Umi aja sampe ikutan baca novel Tere Liye semuanya :)))))))))))))))))
HAHAHA ini bukan resensi maaf. Baca, baca, resapi.
Kamis, 10 Desember 2015
Meragu
Sabtu, 10 Oktober 2015
Teruntuk
Assalamualaikum warrahmatullahi wa barakatuh
(Katanya, jangan disingkat kan? :) )
Teruntuk, teman, sahabat, adik, keluarga.
Hai! Apa kabar?
Minggu, 09 Agustus 2015
Bingung
Dulu, dulu sekali. Saya tak pernah bingung hendak melanjutkan kaki ke anak tangga yang mana. Semuanya begitu lurus-lurus saja. Dari TK, SD, SMP saya bersekolah di bawah naungan yag sama. Ketika menengah atas, saya sempat mecoba sebuah sekolah. Ternyata memang bukan jodohnya. Toh dengan lapang, saya menerima. Saya mendaftar juga ke sekolah yang sama dengan Abang saya. Nekat memang. meningat saya hanya seorang anak yang berasal dari kabupaten. Dengan NEM yag coba dibandingkan dengan teman-teman pasti saya di bawah rata-rata. Saya juga tidak punya sekolah cadangan saat itu. Rupanya langit tergugah dengan doa-doa yag selalu mengiringi saya. Seperti umi dan ayah. Niat saya dulu hanya ikut-ikutan juga tak dapat dipungkiri. Rupanya Allah ingin membuka mata saya lewat sekolah ini. Saya diajari banyak hal. Niat ikut-ikutan ini juga segera hilang begitu saja, ketika melihat betapa kehidupan yang tercipta di sekolah ini.
Dua tahun sudah. Sekarang sudah menginjak tahun ke-tiga. Katanya sih tahun terakhir dan sebagai tahun pembuktian. Sebagai tahun penentuan kelanjutan. Nah ini. Nah. Saya mulai bingung. Ini bukan terkait kakak, atau keinginan orang tua saya lagi. Ini tentang saya, diri saya, dan masa depan saya.
"Pernah ga sih mikir kita tuh beneran mau ini gak sih?"
"Sering. Terus ujungnya baca-baca alasan yang menguatkan buat disana"
"Jadi makin kuat atau jadi ragu?"
".................."
Saya sendiri juga heran dengan pilihan saya sekarang. Tapi banyak alasan yang terus menguatkan saya untuk ada disana. Coba kita cerita dulu. Sederhana saja, apa cita-cita saya dulu sewaktu kecil? Jadi guru TK. Padahal saya waktu itu masih TK. Mau tau apa alasannya? Karena saya bisa bahagia, setiap hari. Terus saya sadar, toh nantinya juga saya akan menjadi guru dan sekolah pertama bagi hm ya itu. Jadi saya masih bisa mencapai cita-cita saya. Semoga.
Dulu dokter pernah masuk jajaran mimpi saya.
Ah kan jadi bingung.
Selasa, 28 Juli 2015
Panggilnya Ayah
Sambil menunggu sahur, saya mau bercerita tentang satu sosok, laki-laki pertama dalam hidup saya.
Biasanya dipanggil ayah. Salah seorang dosen di sebuah institut negeri di Bogor. Mengajar Fisika. Saya ga berlebihan kalau bilang ayah pintar luar biasa. Meskipun harus nunggu ayah pulang malam, atau bangun pagi-pagi, Ayah selalu membantu mengerjakan pr hitungan saya, atau review ketika ulangan. Walaupun saya bebal banget sama yang namanya fisika. Sering ngomel-ngomel sendiri
"Ngapain sih bola gelinding diitung?"
"Jatuh ya jatuh aja! Repot banget"
Ah ayah....tetep diem aja. Ayah emang orang yang pendiam. Gatau petakilannya saya nurun darimana. Tapi ayah sekalinya ngomong...jleb. Omongannya selalu berbobot. Ya... walaupun sebenernya jarang ngobrol huhuhuhu.Ayah yang tenang dan sangat tabah. ((((Yang ga diturunin ke saya pastinya))))
Ayah yang kadang kalau bercandaan suka garing hahaha. Tapi saya ketawa aja. Yang kalau foto suka cengengesan. Yang sealu menerapkan fisika di kehidupannya.
A: Tau gak kenapa jalannya lambat? Sesuai asas bernoully kalau makin luas permukaan, kecepatannya semakikn kecil. Liat nih kan sekarang dua jalur, malah ga jalan kan!
Maksa sih yah...itu kan fluida...Yaudah saya cuma mangut-mangut sok ngerti. Terus ketawa. Ayah yang kalau makan nasi selalu ngelebarin permukaan nasinya. Gimana ya...jadi ga dikepal atau numpuk gitu. Nanti kalornya cepat berpindah?!
Satu-satunya yang saya berani bersikap manja. Ah saya kan tetap putri kecil ayah. Saya suka gelendotin tangannya kalau jalan. Atau ngerengek-ngerengek minta dibeliin novel atau diajak kemana. Atau ngambek-ngambek minta dianterin ke sekolah karena telat....padahal ayah ke Dermaga. Kasiannya....
Ayah yang punya alarm sholat di kepalanya. Kalau adzan pasti langsung bangun. Yang dulu suka ngeprint ayat terus ditempel di kardus. Terus dihafal. Lebih mudah katanya. Ayah itu yang dibilang laki-laki paling lurus kata umi.
Hari ini bukan hari spesial ayah. Malah hari ini ulang tahun Kakak. Happy birthday, my nurseeee! Tapi kemarin dapet musibah. Saya bener-bener salut sama ayah. Tanggung jawabnya, kesabarannya, tegarnya, optimisnya.
Kalau kriteria saya ketinggian....salahin aja ayah!♥
Sabtu, 04 Juli 2015
Sok Tahu
Jatuh buat saya perlu alasan. Alasan terlepas dari duniawi tentu saja. Karena jika alasan duniawi itu hilang, ya mudah saja pergi.
Ah jatuh jatuh jatuh ini mengapa dibuat repot sih?
Satu lagi soal jatuh. Mungkin jatuh yang berkaitan dengan waktu. Bukan sekarang pastinya.
Ah kuno ya?
Minggu, 14 Juni 2015
-
Senin, 08 Juni 2015
Sibuk
Sekali-kali ingin menjadi yang paling tidak peduli
Menjadi yang paling tuli
Acuh dengan lingkungan sekitarnya
Tutup mata hanya melihat dunianya
Ingin sendiri
Di tengah sepi
Jangan!
Jangan ada yang menghampiri!
Terpikir untuk sibuk dengan urusannya
Urusan yang membahagiakan
juga memanjakan baginya
Boleh aku minta waktu itu?
Tapi,
Apa urusan menyendiri itu yang paling membahagiakan buatmu?
Atau bahagiamu memang sibuk pikir ini urus itu?
Minggu, 24 Mei 2015
Untuk.
rindu.
Sehabis melakukan kegiatan rutinan yang saya lakukan, berselancar di dunia maya, intinya. Blog kamu selalu jadi destinasi perselancaran saya ini. Seakan mendengar cerita yang kamu alami dan apa yang kamu rasakan. Itu cukup buat saya.
Saya membaca salah satu postingan kamu, ada yang tertulis, teman sebangku yang satu tahun selalu bersama sama pun kadang dengan mudah saya lepas begitu saja. Boleh jujur? Saya sedih membacanya. Tapi saya sadar, saya juga tidak berusaha menjaga kamu. Maaf, untuk yang ini.
Sedih, bahwa teorimu tentag pertemanan yang hanya dikarenakan situasi dan kondisi, ternyata benar terjadi. Sedih, bahwa karena terpisah koridor, entah kita seperti berada di duni yang berbeda. Saya kangen kalian, kangen kita bertiga. Kangen dengan segala obrolan kita yang gajelas. Kangen ketawanya kita yang sama-sama bikin semua orang nengok. Kangen, walaupun selalu saya yang dibully dan ngerasa yang paling bodoh di antara dua orang yang otaknya luar biasa kaya kalian.
Semoga, ga baca ya. Ini bikin giung, takut sakit gigi. Eh tapi kalau sakit ke gigi, saya siap mengobati kok, lima tahun lagi ya.
Sukses dengan urusannya masing-masing. Seenganya, semoga kita masih bisa saling menyapa. Semoga setiap cita-cita dan mimpi yang pernah kita bagi itu terwujud.
Semangat dan sukses. Jangan lupa makan, nanti makin kering kerontang.
Jumat, 03 April 2015
"Katanya Ibu"
"Iya umiiii"
"Haaaa sumiii"
"Halo mama!"
"Ibunya DKM"
Iya, kadang saya sering denger panggilan-panggilan seperti itu. Sering dianggap seperti itu. Sering kalau bertemu, tiba-tiba dipeluk sekian rupa. Dapet laporan si ini begini begitu. Disapa dengan ramahnya.
Terus saya suka sadar, rasanya berat ya. Saya belum memberi sebegitu besar seperti "ibu" lainnya. Belum sepeka itu perasaanya. Kadang, saya masih besar egonya. Suka nanya sama diri sendiri "mana ada ibu yang kabur-kaburan kaya gini" Hahaha ga kebayang. Kok jadi lucu.
Mungkin untuk tugas administratif nya saya masih mengerjakan. Walaupun sering telat dan ditagih-tagih kaya diteror. Maklum ya, deadliner. Tapi untuk tugas "yang-seperti-lainnya" saya rasa belum mampu.
Saya sering mikir "kalau yang seharusnya membuat nyaman tapi merasa tidak nyaman, harus apa?" Iya. Saya harus apa? Ternyata masalahnya ada di saya. Saya bahkan gak membangun pondasi yang kuat buat diri saya sendiri. Payah.
Tapi, satu hal yang pasti saya seneng banget kenal kalian semua. Sapa sana-sini. Denger cerita kalian. Jawab pertanyaan macem-macemnya kalian. Kadang menjadi sandaran. Saya amat berbahagia. Alhamdulillah sangat bersyukur. Lihat keramaian kalian kalau kumpul, lihat narsisnya kalian, atau keju-kejunya, post di media sosial kalian. Saya gatau lagi harus mengucap apa ada di lingkaran yang sangat besar ini. Doain ya, saya mau terus belajar, ingetin terus ya.
Sabtu, 14 Maret 2015
Masa Depan
Dulu, dulu, sekali, ketika aku kecil, aku sering mendesakNya. Berdoa di sebelum tidurku "Ya Allah, tunjukan sedikit masa depanku. Aku penasaran" Sungguh, aku seperti itu. Merengek dan merajuk. Berharap punya mesin waktu seperti kartun kesukaan ku. Nihil. Tak kutemukan sedikit pun clue.
Aku lantas tertawa mengingatnya. Kita sendiri yang punya rancangan. Kita sendiri yang menyusun masa depan kita seperti apa. Kita sendiri yang tentukan. Terlepas dari Dia yang lebih tau mana yang terbaik untukmu. Terlepas dari ini melenceng dari yang aku rencanakan! Sekali lagi, Dia yang Maha Mengetahui.
Kita hanya berusaha. Menanam dan merawat dengan sebaik-baiknya. Lantas melibatkanNya dengan doa dan sujud di setiap harinya. Kelak kita yang akan memetik hasil jerih payah, usaha, doa, kita.
Kali ini aku tak akan merajuk lagi. Tak akan memaksa lagi ditunjukan masa depannya. Sumpah! Aku kan yang punya blue print di tanganku? Meski engkau yang mengetahui bangunan jadinya.
Kamis, 12 Maret 2015
Hanya.
Rabu, 04 Maret 2015
Minggu, 22 Februari 2015
Tujuh Belas Tahun
Ga ada surprise atau apa sih. Atau perayaan sweet seventeen semacam itu. Alhamdulillah masih ada yang ingat, masih ada yang mendoakan. Alhamdulillah masih ada keluarga saya yang beliin kue. Saya ga mempersalahkan itu. Saya juga hampir lupa ini ulang tahun saya ha ha ha. Hari ini juga saya menyibukkan diri saya sendiri. Pergi keluar, sendiri hehehe. Ah, saya secuek itu ternyata sama diri sendiri.
Cuma satu yang saya takutkan, kalau saya mati, saya berpulang, adakah yang mengantar? Mengucap belasungkawa dan mendoakan saya? Itu. Itu yang paling saya takutkan.
Oh iya, belum mengucapkan untuk diri sendiri. Selalu berusaha untuk terus memperbaiki dirimu ya sum :) Selamat untuk terus mendekatkan diri pada-Nya.
Kamis, 05 Februari 2015
Perbaikan
Suatu hari
Suatu hari nanti, mungkin kamu akan merindukan bangun terlambat setiap pagi. Terburu-buru menyiapkan segalnya. Berangkat ketika jam hampir mengarah angka 7. Sesampainya di sekolah lantas kamu berlari dulu mengelilingi lapangan. Meminta surat izin. Tertawa lebar saat temanmu melirik tajam dengan pertanyaan "terlambat lagi?"
Suatu hari nanti, kamu akan merindukan minggu-minggu penuh dengan tugas dan ulangan. Rasanya penat ingin cepat melewatinya. Bertanya-tanya soal apa saja yang akan keluar. Meminta catatan pada temanmu, meminta diajarkan. Bersorak ketika ulangan ditiadakan. Menggumam saat soal dirasa sangat sulit. Mengumpat saat lupa atau salah menghitung.
Semuanya suatu saat nanti, akan jadi suatu yang dirindukan kan?
Yang sedang meliburkan diri.
Cepat sembuh sum!
Rabu, 21 Januari 2015
Mempercayakan
Terus datang lagi seorang bapak. Ingin membeli sepatu bekas juga. Sama seperti tadi, hargamya ditawar. Bapak itu kembali mengiyakan.
Saya merasa...entahlah. malu? Kepadanya yang memiliki keyakinan besar kepadaNya. Kepadanya yang mempercayakan seluruh hidupnya padaNya. Rasa syukur yang dimiliki luar biasa. Jadi ingat kutipan di suatu buku "mempercayakan bukan hanya sekedar percaya" Bagaimana ia bukan hanya sekedar percaya akanNya, namun menyerahkan seluruh hidupnya...dengan usaha terbaiknya. Bagaimana ia memberi apa yang dia punya tanpa ragu akan nikmatnya.Bagaimana bapak itu berbagi dengan segala kecukupan yang dia miliki.
Ah bapak, terimakasih. Semoga Allah selalu melimpahkan demgan rezeki yang berkah :)
Sabtu, 17 Januari 2015
Pengecut.
Sungguhan, aku sudah tahu bahwa tak ada gunanya lari dari masalah, karena msalah itu akan terus ada mengejar kan? Dan mau tidak mau harus dihadapi. Tapi, ayolah, bolehkah aku minta sedikit waktu saja? Namun suatu hal menyadarkanku, waktu tidak pernah menunggu ya? Dan ketika kembali semuanya menuntut untuk dikerjakan, semua meminta diselesaikan. Berpikir untuk melarikan diri lagi? Oh itu hanya akan membuatnya semakin menggunung dan berbelit seprti benang.
Terkadang hanya ingin pergi. Aku tak sekuat yang yang terlihat itu, kawan. Aku butuh menangis sendiri. Bukan untuk dikasihani. Tolong garis bawahi itu. Tak perlu kau hibur, tak perlu bersusah payah mebuatku tertawa, beri saja aku waktu. Biar aku yang mengobatinya sendiri. Namun ada yang membuatku khawatir. Bagaimana jika aku benar-benar pergi? Padahal bekal apalah yang sudah kupersiapkan di hari kemudian? Bagaimanakah kalu mereka benar-benar meninggalkanku dan membiarkan aku sendiri.
Maka aku benar berpiir ulang kembali, menjadi pengecut lebih menyusahkan ya?