Sabtu, 26 Agustus 2017

Tentang Kakak dan Pernikahannya



Satu tahun yang lalu, Kakak ikut mengantar saya ke Jatinangor bersama Umi dan Ayah, saat mereka pamit untuk pulang, saya salam dengan Umi dan Ayah yang duduk di kursi depan. Selesai cengeng ala-ala Sumi, saya menengok ke kursi penumpang dan mendapati Kakak yang ikut menangis.

Dan tepat tanggal 18 Agustus kemarin, saya merasakan apa yang Kakak rasakan saat itu. Bahkan rasanya jauh lebih berat.

Jarak usia kami 5 tahun. Setelah SD, Kakak melanjutkan sekolah ke pesantren. Jadi saat itu saya lebih banyak menghabiskan waktu bersama Yasin dan Salman. Waktu Kakak SMA, saya masih SD. Saya cuma seorang adik yang sering cari perhatian kalau Kakak bermain bersama teman-temannya. Barulah saat SMP, saya merasa menjadi teman Kakak. Terlebih saat saya SMA, buku yang kita baca, media sosial yang kita mainkan, baju yang mulai seukuran, jalan-main bersama, cerita-cerita yang sudah dimengerti. Akhirnya saya merasa menjadi teman yang sepadan untuk Kakak.  

Kalau ditanya sering berantem, jawabannya pasti. Terlebih karena saya anaknya senang bercanda (sampe kelewatan kata Kakak!) Ya Cuma adu mulut sambil bete-bete-an sih. Tapi biasanya gak lama. Cerita banyak hal dan ngobrol ngalor ngidul. Ketawa-ketiwi gajelas. Yang jelas Kakak adalah seseorang yang paling dekat dengan saya. Walaupun kadang nyebelin, tapi Kakak selalu menjadi sosok kakak yang baik untuk adik-adiknya.(Ya silahkan nomor rekening di bawah ini)

April lalu, saya dikabarin Umi kalau Kakak sedang berproses dengan seseorang. Rasanya? Kaget. Seneng. Sedih. Sebel juga karena ga cerita apa-apa! Apalagi waktu itu emang lagi jarang pulang karena ada kegiatan di Nangor. Setelah itu saya langsung nodong Kakak buat ceritain semuanya.

Oh ternyata...

Mengikuti prosesnya dari awal, kadang bikin gemes, pengen ketawa, seneng, terharu, rasanya campur aduk. Cerita ta’aruf yang Sumi gaboleh tau katanya karena masih kecil :(  sampe khitbah yang bikin ikutan deg-degan. Persiapan yang waktunya sangat singkat. Menghabiskan liburan dengan nempelin label undangan, beli kain seragam, dan segala persiapan lainnya.

H-seminggu dan saya harus kembali ke Jatinangor. Sempet diprotes orang rumah tapi ya mau gimana lagi kan, gengs? Untungnya, liburan kemarin saya merasa benar-benar banyak menghabiskan waktu dengan Kakak. Sebelum pulang kerja (kalau dapet shift pagi), Kakak sering nanya,
“Hari ini kamu kemana?”
Terus biasanya sering disusulin. Atau,
“Aku lepas nih nanti, kemana yuk!”

Saya juga kembali tidur bersama Kakak. Setelah kamar atas jadi yang ditempatin Yasin dan Salman, saya dan Kakak punya kamar masing-masing di bawah dan bersebelahan. Tapi karena saya udah jarang di rumah (Yasin juga) akhirnya saya pindah ke kamar atas dan Salman di kamar bawah (FYI aja y hehehehe) Tapi berhubung saya anaknya juga rada-rada penakut sendirian di atas :) akhirnya saya ikutan tidur di kamar Kakak.

Tapi H-1 pernikahan Kakak, saya menolak tidur bersama Kakak. Setiap liat Kakak rasanya sedih dan saya takut ga kuat nahannya. Dan ya, akhirnya pertahanan saya jebol juga. Saya langsung meluk Umi yang waktu itu juga di kamar Kakak. Padahal walaupun cengeng gini, saya jarang banget nangis di depan mereka.

“Gamau. Gamau tidur sama Kakak”

Cuma kata-kata itu yang saya bilang malem itu sambil sesenggukan. Waktu saya meluk Kakak juga, akhirnya dia ikutan nangis dan cuma bilang,

“Kan ga akan kemana-mana”

Rasanya makin sedih dan akhirnya keluar dari kamar Kakak. Malam itu, saya nangis cukup lama, bersama Umi yang juga terdengar menangis.

Besoknya, saya sudah menguatkan diri. Pokonya hari ini harus bahagia! Sepanjang akad, rasanya ga mau ngedip, karena takut nangis lagi. (Apa kabar ini makeup?! Hehehe ga deng)

Ternyata begini rasanya..

Melepas Kakak sampai hari bahagianya, yang dodolnya ga ilang-ilang juga. Rada pengen ketawa kemaren kenapa sih eug sampe nangis sesenggukan gitu? HAHAHA. Kata Kakak kaya abis dijahatin orang banyak.



 بَارَكَ اللهُ لَكَ وَبَارَكَ عَلَيْكَ وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِي خَيْرٍ

Semoga Allah memberkahimu di waktu bahagia dan memberkahimu di waktu susah, serta semoga Allah mempersatukan kalian berdua dalam kebaikan

 
Kakak, 

Mungkin akan banyak hal yang berbeda.  


Misalnya ga boleh rumpi yang bening-bening lagi, kalau aku sih, masih boleh kali ya? Ga deng bercanda. Ampun ya, Mi :( Kelayapannya juga berkurang ya kak? :)


Bahkan bakti kita aja sekarang udah beda ya? Semoga kita sama-sama istiqomah di jalan untuk meraih ridhoNya ya.


Tapi doa yang dikirim tidak berkurang sedikitpun.,


Semoga tetap jadi Kakak yang kuat, ceria, dan selalu berbahagia,

 Katanya setiap orang harus punya cara bahagianya sendiri kan? :)


Semoga jadi istri yang sholihah ,

(WKWKWKWK ya Allah istri)


Semoga jadi keluarga sakinah, mawaddah, warrahmah,

Semoga senantiasa diberkahi oleh Allah kehidupannya Kak dan Kak Mus!




ps : bercanda kok ga boleh dimasukin ke grup whatsapp HEHEHEHE. Jangan shock aja ya kak, membernya ajaib semua:(


p.s.s: dilarang mengompor-ngompori. Apalagi yang harus dr. dulu, yang calon drg. (aamiin ya Allah aamin) mah masih sabar pisan kok.



Sampai jumpa di Bogor minggu depan! 



Jatinangor, 26 Agustus 2017
21.44 WIB

Senin, 07 Agustus 2017

Untuk Perempuan yang Akan Menggenapkan Hidupnya,



 Ketika hari itu tiba,
Ketika bakti kita tak lagi sama,
Ketika Ayah menjabat tangannya, seseorang yang akan menggenapkan hidup kakak

Apa
Rasanya?

Tanyaku berulang kali.

Memikirkan hari itu. Salah satu hari besar dalam hidup kakak. Ketika salah satu dari catatan di lauhul mahfudz telah terpecahkan.

Bagaimana
Rasanya?

Tanyaku memastikan kembali.

Memikirkan akan ada banyak perubahan yang terjadi. Peran kakak terhadap ayah dan ibu karena ikatan itu, menambah tiga orang adik lagi, serta seorang istri dan tentunya calon ibu.

Masihkah
Sama?

Memikirkan bahwa izin kita—jika kakak--  berpergian bukan lagi tentang ayah dan umi. Bahwa akan ada episode-episode kehidupan kakak yang tidak lagi melibatkan kami.

Adalah kekhawatiran yang bertambah ketika porsi-porsiku semakin berkurang dalam kehidupan kakak. Adalah ketakutan tidak bisa melakukan hal-hal yang dulu setiap saat kita lakukan.

Adalah bahagia yang lebih besarnya, adalah haru yang lebih menguasai, adalah hal-hal yang tidak bisa dituliskan, ketika janji itu diucapkan. Janji yang akan mengguncang Arsy.
Memikirkan bahwa perempuan ini akan melengkapi separuh agamanya, membuat aku tak ingin berhenti mendoakannya. Menemaninya di hari-hari terakhir sebelum menjalani kehidupan yang baru.

Untuk perempuan yang akan menggenapkan hidupnya,
Biarkan kami mengantar sampai penggenapan itu tiba.

Yang akan selalu memeluk dalam doa

Bogor, 21.53 WIB

Jumat, 04 Agustus 2017

Sebatang Lidi dari Sapu Lidi

Menuju lima tahun bersama orang ini. Katanya sih satu tahun lagi and it will be forever. Masa?

 
Walaupun saya bukan lagi tempat kalau-ada-apa-apa-nya dia lagi, semoga tetap jadi yang dicari.
 

Gimana setahun LDR sama aku?! Apa sama yang di fakultas sebelah? HEHEHEHEHEHE. 

Walaupun udah banyak yang beda, tapi semoga kita ga membangun jurang pemisah itu lagi ya. Kaya kehidupan lantai dua kita.


HAHAHAHAHAHA MALES AMAT SIH W NULIS KAYA GENEEEEEEEEEEEH.


Orang ini kemaren baru bertambah angka usianya.

  
Dari jaman ngucapin di twitter, IG, line, tumblr, semua udah!


Tapi semuanya telat! WAKAKAKAKAKA. Tadinya mau ngucapin malem kemaren, tapi terlalu lelah bzz hehehehehe.
 

 Jadi, teruntuk fona yang sebentar lagi 20 tahun,selamat menjalani tahun terakhir kepala satunya dan semoga umur nya berkah.


Semoga kebaikan selalu menyertai Fona dan selalu dilindungi sama Allah.

  Semoga dimudahkan segala urusannya, ujiannya, belajarnya, semuanya!

 Semoga kita jadi rekan sejawat yang sukses di ranahnya masing-masing!

 Semoga keanehan kita semakin berkurang y y y.


Dan semoga menjadi anggun seperti Sumi. AAAMIIINNN!!!!!!!!!!





Rabu, 02 Agustus 2017

Yang Pernah Dilupakan



Saya selalu suka menjadi Sumayyah kecil. Bukan hanya saja soal fisik, sih. Sumayyah kecil yang saya kenal adalah anak yang mudah sekali termotivasi. Dulu saya pernah nonton 100 mimpinya Pembuat Jejak. Video itu viral banget dan selalu ada di training motivasi. Dan Sumayyah kecil pun dengan sotaunya ikut-ikutan.

Saya nulis di selembar kertas. Saya bahkan mengingat saya menulis dengan spidol pink. Mimpi-mimpi yang terkesan tidak masuk akal dan sok tahu. Kalau tidak salah saya waktu itu masih kelas 6 atau 5 (atau 4 ya?!) SD.


Entah kemudian saya melupakan tulisan-tulisan itu. Selembar kertas yang entah disimpan dimana. Saya kemudian masuk SMP. Kemudian ritual beres-beres yang dilakukan di setiap semester menemukan saya dengan kertas-kertas itu. Saya lupa tepatnya kelas berapa, kalau tidak salah di penghujung SMP.

Tapi betapa terkejutnya bahwa ada beberapa nomor yang ternyata perlu saya coret.


 
Jadi ketua OSIS

How a surprise. Saya mikir apasih nulis kaya gitu? Saya juga lupa pernah nulis itu. Ada beberapa lainnya yang saya coret. Saya merasa terharu, sedih, entah apa namanya. Sekaligus senang juga. Kemudian saya kembali menambahkan mimpi-mimpi itu. Kemudian siklus berulang kembali. Saya melupakannya lagi.

Liburan semester alias tingkat yang super panjang jadi momentum buat beresin lemari. Akhirnya saya bener-bener bongkar lemari. Dan saya kembali nemuin kertas-kertas mimpi itu lagi. 

 
Pergi ke Bali

 
Masuk kuliah lewat undangan


Lagi-lagi saya merasa tertampar. Hah? Buat saya pergi ke Bali itu adalah sesuatu yang wow. Karena keluarga saya memang jalan liburan gitu hehe. Saya inget betul sebelum naik kelas 12, saya pergi ke Bali sama seorang teman. Itupun karena menang lomba selfie dan kita dapet tiket garuda pulang-pergi. Aneh sih, tapi...

Ada banyak mimpi lainnya yang dicoret juga. Ada juga yang akhirnya saya silang dan tulis penggantinya. Masuk FK misalnya. HEHEHE. Tapi Allah takdirkan saya menjadi calon sejawatnya mereka.

Mimpi-mimpi itu menyadarkan bahwa bahkan ketika saya melupakannya Allah membersamai memeluk saya dengan mimpi-mimpi itu. Walaupun banyak juga yang tidak tercapai karena masanya sudah lewat, saya tahu Allah ganti dengan yang sebaik-baiknya.

Allah mendengar setiap apa yang diharapkan. Saya merasa bersalah juga sih ga mewujudkan mimpi itu dengan penuh ikhtiar. Ga bisa berhenti bersyukur bahwa Allah mendengar mimpi-mimpi itu. Mimpi-mimpi yang apasih banget Allah jadikan dengan caraNya yang paling baik.

Huhuhuhu mau menangis. Menjadi Sumayyah kecil, menjadi seorang pemimpi adalah satu hal yang ingin saya abadikan hingga semuanya berakhir di dunia. Saya akui menjadi seiring bertambahnya usia, saya menjadi semakin realistis. Atau takut? Rasanya mau menulis target-target saja sudah merasa gamang tidak dapat dicapai.

Sum, bahkan Alllah saja tidak pernah mengecilkan mimpi-mimpi kamu.

Sudah siap jadi pemimpi lagi, kan?