Selasa, 07 Agustus 2018

Tulis

SEBELUMNYA MAU MENGAPRESIASI DIRI

SELAMAT SUDAH DELAPAN TAHUN BERSAMA BLOG INI SUMAYYAH!

Iya anaknya emang self-love banget.

Akhirnya anakku sudah delapan tahun!

Dari kecil saya suka sekali menulis dan membaca. Umi sering beliin novel anak terbitan Dar!Mizan. Novel itu udah ada sebelum KKPK hits pada masanya. Barulah KKPK bermunculan, saya makin suka baca. Dari kelas 1 SD, saya udah punya diary. Sampai sekarang. Kalau ditotal kurang lebih ada lima atau enam. Sekarang tapi saya lebih sering menulis di platform sosial, di laptop, atau di note HP. Dulu, saya selalu tulis tangan dan diawali dengan,

Dear diary, 

HAHAHAHAHAHA. lengkap dengan tanggal dan Kota Bogor kesayanganku.

Kalau ditanya bisa nulis atau enggak, sejujurnya saya bakal bilang saya gabisa. Tapi saya suka.

Buat anak yang extrovert pernah hampir 95% (HAHAHAHAHA CUY! ) menulis buat saya adalah suatu keseimbangan. Saya merasa lebih jujur dalam tulisan-tulisan saya. Bukan berarti dalam keseharian saya bohong. Enggak juga. Cuma ada beberapa rasa yang saya hanya berani tuangkan dalam tulisan. Apasih w.

Kalau ngobrol sama oang dan berada dalam lingkungan sosial dimana saya berada, saya bawaannya pengen jadi anak yang senang terus, anak yang hobi ketawa-ketiwi, cerita sedih pun masih bisa membuat tersenyum, cerita kesal pun diakhiri dengan tawa.

Maka menulis adalah jalan terbaik untuk diri saya. Selain Dia Yang Maha Tahu, saya bisa lebih jujur sama diri saya sendiri. Saya bisa marah, saya bisa sedih, kesel, kecewa, takut, saya bisa bilang bahwa saya sedang tidak baik-baik saja.

Saya selalu percaya kalau hal-hal yang baik, hal-hal yang membuat bahagia, tersenyum, dan tertawa adalah suatu pesan berantai yang tidak boleh terputus. Kalau anaknya selalu keliatan seneng terus dan bahagia dimanapun berada, percayalah, saya hanya ingin menularkan ini ke kamu.


Maka, saya juga berterima kasih, kepada orang-orang yang pernah melihat sisi lain dari diri saya dan menerimanya. Serta menemani saya. 



Suatu saat padanya juga saya akan menjadi orang yang paling jujur. 
YAELAH SUM.




"Jaman gini masih nulis hobi membaca dan menulis?"

"ya emang hobi!"

"Hobi tuh belanja kali!"

Ya itu juga suka sih........





oiya untuk bonus, selamat membaca ampas tahu-ku

coretanpagi.tumblr.com

medium.com/@sumayyahsya


jangan ketawain ya!

Menjadi

Tau gak sih apa yang saya pikirkan dahulu perihal orang dewasa? Hal-hal yang buat anak kecil adalah sesuatu yang wah! Padahal hanya sekedar bisa pergi tanpa perlu Umi dan Ayah ikut. Padahal hanya bisa berbelanja sendiri, Padahal hanya bisa pulang malam. Padahal bisa makan ini itu tanpa dibilang, "Makan es teroooooooooooos" atau dibilang "jajan muluu sih!"

Dulu melihat orang dewasa adalah seuatu yang wah buat saya. Keren aja gitu di mata saya. Orang-orang berbicara dengan begitu lancarnya, orang-orang yang memakai setelan rapi, orang-orang di depan laptop sibuk mengerjakan hal-hal yang tidak saya pahami. Dulu sesuatu itu adalah hal yang ingin sekali saya cepat-cepat capai.

Dulu ada banyak hal yang ingin saya ketahui, namun tidak bisa saya ketahui dengan satu kalimat ajaib, "kamu kan masih kecil"  Urusan-urusan orang dewasa yang sungguh membuat penasaran.

Apakah dengan menulis ini saya merasa sudah menjadi dewasa?

o-ow

Katanya, tahun ini, selamat datang di kepala dua. Gerbang awal dari kedewasaan.

Tapi, saya masih merasa diam di tempat. Bayangan tentang orang dewasa yang keren ga ada satu pun yang melekat pada diri saya.

hehehehehehehehe.

Ah ya, kan ini baru awalnya?

Saya masih menjadi Sumayyah yang ceroboh , (anyway, saya baru aja jatoh menggelinding empat tangga di Candi Borobdur. Eeeeeer malunya! Tapi sakitnya juga luar biasa HUHU. Sehari terkenal deh tuh sampe turis ngeliatin) Saya masih jadi orang yang plinplan dan sulit menentukan keputusan. Asli ya sekedar beli molto aja harus tanya Umi dulu. Dan segala kelakuan yang bikin geleng-geleng kepala.

Saya sampe bertanya-tanya sih, butuh berapa lama untuk mendewasakan diri saya sendiri? wkwkwkwkwk.

Tapi, gapapa, Sum, dinikmati, Katanya sih jadi orang dewasa tidak semenyenangkan itu.


Selamat meninggalkan angka belasan ya, Sumi! Plis kurangin pecicilannya. 


Kukira Semua Baik-baik Saja

Kukira semua baik-baik saja. Rupanya aku keliru. Ternyata ada bom waktu yang menunggu untuk diledakkan. Puncak dari amarah karena ketidakpercayaan. Kebohongan yang mulanya kecil kini kian menggunung. Sulit lagi untuk membedakan. Bagaimana pakar wajah, apakah dia berbohong? Hilangnya rasa bersalah kala melanggar fitrah sebagai seorang manusia.

Kukira semua baik-baik saja. Rupanya aku keliru. Tawa ini ternyata menyimpan kesedihan begitu mendalam. Aku masih bisa mendengar isakkan yang pilu, seraya menggigit bantalku, takut terdengar pula tangisanku. Air mata yang sudah lama tertahan itu akhirnya turun juga. Menderas seiring dengan kecewa yang entah sudah diterimanya beberapa kali.

Kukira semua baik saja. Pagi tadi masih terasa hangat. Kesibukan pagi yang aku rindukan. Walaupun aku masih berada di balik selimut. Pagi tadi masih ribut. Sibuk menyiapkan keperluan hari ini. Hanya, tidak tahu bahwa siang sudah menyiapakan sesuatu.

Kukira semua baik saja. Rupanya ada kepingan-kepingan sakit hati, kekecewaan, dan rasa tidak percaya yang terlanjur berkeping. Beranak satu demi satu.



Kukira semua baik saja, ah, ini kah memang hidup yang berliku? 

Semoga semua akan baik saja.