Sabtu, 24 Maret 2018

Am I Left Behind?

Ada sebuah penyakit, saya tidak tahu nama resminya. Tapi kita namakan saja "Sindrom Ketinggalan Balapan".

Indikasinya begini :
  • Kamu sedang belajar atau meniti karir, tapi have no idea kamu mau jadi seperti apa di ujungnya nanti.
  • Kamu ngeliat figur-figur hebat di bidang kamu. Di satu sisi kamu jadi bersemangat, di sisi lain kamu jadi overwhelmed karena ngerasa banyak banget hal yang mesti kamu pelajari untuk berada pada posisi seperti mereka.
  • Efek lainnya juga, mungkin kamu jadi ngerasa ketinggalan, atau bahkan ngerasa udah salah jalan selama ini.
  • Lalu kamu ngerasa tahun-tahun yang sudah kamu lalui kamu habiskan begitu saja, agak sia-sia. Kesal dan menyesal rasanya.
  • Terlebih, kalau figur yang kamu lihat adalah teman sebaya kamu. Ada yang udah sampai disana, ada yang udah jadi ini, ada yang sudah mnghasilkan itu. Rasanya pengen mencet tombol restart hidup --andai saja ada.


Apa yang mesti dipikirkan-dilakukan dalam kondisi begitu?

Penanganan pertama : "Ingat, hakikat yang paling hakiki tentang hidup, bahwa kita semua akan mati, lalu semua cita-cita, pencapaian , karir --betapapun cemerlangnya, akan berakhir. Tutup buku. Apa yang penting adalah amal yang kita niatkan, persembahkan, untuk Sang pencipta."

Penanganan kedua : "Ingat, semua orang berproses. Semua yang ada di puncak pernah mendaki dari bawah. Jika kita masih di bawah, santai aja. Panik tidak akan membuat kita berada di puncak. Tenang. Terus berjalan, selangkah demi selangkah. Lakukan sekecil apapun upaya kamu untuk menjadi versi lebih baik dari kamu, setiap hari, setiap waktu "

Penanganan ketiga: "Ingat, hidup bukan balapan. Yang lebih dahulu menjadi hebat tidak membuatnya superior secara permanen dibandng kita ; suatu saat kita bisa melampauinya. Terlebih, yang di mata kita sudah hebat, barangkali payah dn berantakan dalam sekian aspek --yang mungkin kita baik disana. Kasih sayang keluarga, pertemanan yang berkualitas, ibadah yang khusyu' --banyak sekali hal matters dalam hidup yang tidak perlu syarat untuk memilikinya. "

Oke, sementara segitu dulu.

Tarik nafaaas, hembuskan. Ayo kita jalan lagi, selangkah demi selangkah.

It does not matter how slowly you go as long as you do not stop.

Confucius.

Bismillah.


source : yasirmukhtar.tumblr.com



Saya menemukan tulisan ini kira-kira satu tahun lalu. Dan selalu saya jadikan sebuah reminder. Saya setuju dan teramat setuju. Bahwa hidup ini bukan balapan, dan akan ada saatnya kamu pun berada di posisi orang yang kamu merasa dia jauh berada di depan kamu.

Contoh nyata dalam kehidupan saya saat ini adalah saat praktikum. Saat pekerjaan teman-teman kamu sudah di ACC (accepted mungkin? Saya juga ga ngerti sebenernya. Yang jelas saat pekerjaan sudah OKE! dan dinilai oleh dokter supervisor) dan mereka sudah lanjut berjalan. Sedang pekerjaan kamu lagi-lagi ditolak dan minta diperbaiki (Lagi)

Saya sudah pernah bolak-balik hampir lebih 5X saat ACC kawat, sedang teman kamu hanya sekali saja. Lebih dari 10X untuk mencetak rahang, sedang teman kamu hanya 1-2x saja. Adalah hati yang berlapang salah satu kuncinya.

Oke gapapa, gapapa, bisa-bisa!

Adalah satu hal yang selalu saya tanamkan saat berada di lab. Seringkali perasaan-perasaan tidak berbakat, payah, dan lainnya menghantui.


Sumi gabisa, gabisa, gabisa!

Kadang sudah se-frustrasi, se-stres itu.

Tapi lagi, bahwa belajar adalah sebuah proses yang panjang dan (memang) melelahkan untuk mencapai tujuan tersebut.

Untuk aku, kamu, dan siapapun yang merasa tertinggal, teruslah berjalan dan jangan pernah berhenti.



Semangat Sumi!!!!!!!! (dan kawan-kawankuuu!)

Semoga Phantum latihan, kontur gusi, adam's clasp, dan labial bownya di-ACC ya :(


Bogor, 24 Maret 2018
Halo, hujannya Kota Hujan

Rabu, 21 Maret 2018

Karena

Saya pengen teriak kenceng-kenceng ke diri sendiri dan bilang , "SUM, ITS OKAY NOT TO BE OKAY!!!"

Kemaren Sumi sempet ada di fase lelah, pengen nyerah, males, pengen marah, dan semua perasaan-perasaan negatif lainnya. Praktikum jadi alasan salah satunya. Tamu bulanan jadi alasan pembenarannya. Lainnya adalah hal-hal yang Sumi gangerti dan tidak ketahui. Pokonya...... it feels really bad. HUAH. Pengen teriak kenceng-kenceng.

Kemaren sore juga di depan mushola, mencoba menyapa semua orang dan berusaha (terlihat) bahagia seperti biasanya. Masih tertawa saat dikomentari outfit Sumi yang kaya anak SD hari itu, yaiya kemeja putih, rok merah. Katanya kurang bergonya aja. Oke, akan kucoba nanti!

Tapi ada yang salah dan gaenak. Huhuhuhuhuuuu. Ada orang satu dua berlalu lalang nanya kerjaan praktikum dan makin membuatku terpuruk. HAHAHAHA ga deng! Kerjaan minggu ini belum ada yang di ACC dan ku merasa sedih (Sebenarnya) Tapi tetap merasa, Iya gapapa ya.

Sampe di kosan berusaha mecari-cari agar senang. Bikin bola-bola coklat, adalah sebuah keimpulsifan yang lumayan membuat senang. Terus masak nasi goreng teri ala-ala pake omelette. Membuat senang dan kenyang.

Sebenernya pengen banget ngeluh. Pengen cerita ke siapapun. Pengen! Pengen banget! Tapi gabisa. Udah mencoba ngetik ke Kakak tapi dihapus lagi. Sudah di chat room bersama Tannia, tapi dihapus lagi. Rasanya kaya, kok lu ngeluh sih? Emang lu doang yang susah?

Puncaknya adalah ketika ga tahan lagi dan menangis sejadi-jadinya. Jangan tanya kenapa, karena, Sumi juga ga ngerti...... Satu-satunya harapan saat itu adalah, plis plis Sumi butuh sholat saat ini juga. Tapi gabisa.


Kenapa sih, Sum? Susah banget ya berbagi? Gamau keliatan lemah ya?Maunya kelihatan senang terus ya, Sum?


Saya mencoba, mengajak diri saya sendiri untuk mengakui bahwa kadang adalah suatu hal yang wajar ketika tidak terlihat baik-baik saja. Sesekali, bilang kalau lagi sedih itu, gapapa kan? Atau bilang kalau hari ini saya mengalami hal yang buruk?


Kenapa sih , Sum? Kenapa? Susah ya buat percaya? Sebegitunya?


Sumi ingin menjawab karena-karena yang lain, tapi Sumi juga ga ngerti dan gamau tahu.

 Gapapa kok, Sum, gapapa. 

Adalah hal yang terus Sumi ulang-ulang tadi malam bersama dengan alunan murotal. Memang satu-satunya penenang.


Jatinangor, 21 Maret 2018
8.56 WIB, pukul 10.00 baru kuliah.





Minggu, 04 Maret 2018

Kemarin, Sebelum 20 Tahun

Semoga besok,

Semoga besok, bukan sekedar angkanya saja yang bertambah. Tapi pemahaman baik dan segala kebaikan yang menyertai.

Semoga besok, dengan berkurangnya waktu saya di dunia, tidak mengurangi keberkahan yang diberikanNya. Tidak mengurangi rasa syukur akan hal yang saya miliki maupun tidak.

Semoga besok, segala kekhawatiran dan ketakutan, segala spekulasi saya mengenai kepala dua, adalah sebuah perjalanan yang semoga selalu mendapat hikmahnya.

Semoga besok, saya masih diberi kesempatan untuk menemuinya.


Jatinangor, 21 Februari 2018
07.37, menunggu jadwal kuliah.

Semoga besok, segala penerimaan dan berserah diri padaNya semakin bertambah dan selalu membersamai. 



Hehehe, tidak sempat di-post di blog. Satu hari sebelum berkepala dua dalam tumblr yang juga merayakan satu tahunnya! Yey!


Lagi-lagi, berterima kasih kepada banyak orang yang telah mendoakan. Tetep doain Sumi ya!



luuuuuuuuuuuuuuuuv banyak-banyak,
Sumayyah yang akhirnya 20 tahun,


Jadi?

 Dalam sebuah staffing,

"Aku mau pilih yang haha hihi!" , saya tertawa, bercanda.

"Ih jangan semua yang sebangsa sama Sumi, nanti image keputriannya ilang!" , saya tertawa lebih keras lagi.


Dalam sebuah wawancara, 

"Jadi kenapa kamu pilih keputrian?"

"Iya teh soalnya.. ingin jadi muslimah yang lebih baik lagi. Kan keputrian.."


Dalam sebuah percakapan bersama adik tingkat, 

"Masuk keputrian dong!"

"Engga ah , teh! Ga cocok! Aku kan ga anggun, ga cewe banget"


Lah?


Tahun ini saya diberi amanah jadi kepala departemen yang orang pasti mengiranya bercanda. I know. Lucu aja sih. Kebayang gak?


Kemaren kumpul sama kadept-kadept lain se-Unpad, dan rasanya, mo pulang aja, bobo-bobo di kosan. Apa ya, tipikal yang kalau ketawa ga lebar-lebar, ngomongnya santun enak didenger, yang kalau duduk tuh sist, apa sih namanya? Bukan sila lebar-lebar lah yang jelas.

Heuuuuh. Lagi dan lagi.


Kira-kira dua atau tiga tahun yang lalu saya pernah merasakan hal yang sama pas saya kepilih jadi Mas'ulah FSRB (ketua perempuannya gitu di forum rohis se-bogor-eun ). Ih mo ngumpet aja rasanya. Katanya Sumi orang yang urat malunya udah dijadiin baso urat bulat-bulat?

Kejedot angkot? check
Jatoh di trotoar sambil nyerodot? check
Jatoh di tangga gedebag gedebug? check
Yel-yel ala-ala sampe suara serek? check
Bacain puisi sambil tawa-tawa sekelas? check
Salimin abang ojek? check
Lupa lepas helm gojek? Dipakein helm sama abangnya? check check check!


Tapi kalau ketemu mereka, saya malunya luaaaaaaaaar biasa. Minder banget. Liat kerudungnya adem. Liat mukanya tenang. Denger suaranya berasa minum langsung  dari mata air.

Terus kenapa gitu , Sum?

Saya sibuk memikirkan ini dan itu. Ga percaya diri. Merasa ga pantas. Merasa masih jauh dari hal-hal baik seperti itu.

Masa, Sum?
Terus mau apa?

Adalah pertanyaan yang sering saya ulang-ulang. Kok kamu jadi nyalahin keadaan sih? Kok malah jadi mundur?


Walau satu ayat

Serulah kamu dalam berbuat kebaikan dan mencegah kemunkaran


sum, sum, sum, 


udahan sibuk sama diri sendirinya?!



Jadi, Sum, mereka adalah mereka. Kamu adalah kamu. Sepakat?

Semoga pemahaman saya mengenai perbaikan diri yang setiap orang punya jalannya, punya caranya masing-masing terus tertanam.

Pelan-pelan ya, Sum?


Saya jadi teringat kata teteh mentor jaman SMA,

“Islam tidak membunuh karakter, kok. Ga ada yang maksa harus jadi akhwat pendiem. Karena karakternya memang diciptakan begitu. Malah kadang jadi warna tersendiri, yang bahkan karakternya cocok untuk dakwah di segmen tertentu”


semoga.