Ada sebuah penyakit, saya tidak tahu nama resminya. Tapi kita namakan saja "Sindrom Ketinggalan Balapan".
Indikasinya begini :
- Kamu sedang belajar atau meniti karir, tapi have no idea kamu mau jadi seperti apa di ujungnya nanti.
- Kamu ngeliat figur-figur hebat di bidang kamu. Di satu sisi kamu jadi bersemangat, di sisi lain kamu jadi overwhelmed karena ngerasa banyak banget hal yang mesti kamu pelajari untuk berada pada posisi seperti mereka.
- Efek lainnya juga, mungkin kamu jadi ngerasa ketinggalan, atau bahkan ngerasa udah salah jalan selama ini.
- Lalu kamu ngerasa tahun-tahun yang sudah kamu lalui kamu habiskan begitu saja, agak sia-sia. Kesal dan menyesal rasanya.
- Terlebih, kalau figur yang kamu lihat adalah teman sebaya kamu. Ada yang udah sampai disana, ada yang udah jadi ini, ada yang sudah mnghasilkan itu. Rasanya pengen mencet tombol restart hidup --andai saja ada.
Apa yang mesti dipikirkan-dilakukan dalam kondisi begitu?
Penanganan pertama : "Ingat, hakikat yang paling hakiki tentang hidup, bahwa kita semua akan mati, lalu semua cita-cita, pencapaian , karir --betapapun cemerlangnya, akan berakhir. Tutup buku. Apa yang penting adalah amal yang kita niatkan, persembahkan, untuk Sang pencipta."
Penanganan kedua : "Ingat, semua orang berproses. Semua yang ada di puncak pernah mendaki dari bawah. Jika kita masih di bawah, santai aja. Panik tidak akan membuat kita berada di puncak. Tenang. Terus berjalan, selangkah demi selangkah. Lakukan sekecil apapun upaya kamu untuk menjadi versi lebih baik dari kamu, setiap hari, setiap waktu "
Penanganan ketiga: "Ingat, hidup bukan balapan. Yang lebih dahulu menjadi hebat tidak membuatnya superior secara permanen dibandng kita ; suatu saat kita bisa melampauinya. Terlebih, yang di mata kita sudah hebat, barangkali payah dn berantakan dalam sekian aspek --yang mungkin kita baik disana. Kasih sayang keluarga, pertemanan yang berkualitas, ibadah yang khusyu' --banyak sekali hal matters dalam hidup yang tidak perlu syarat untuk memilikinya. "
Oke, sementara segitu dulu.
Tarik nafaaas, hembuskan. Ayo kita jalan lagi, selangkah demi selangkah.
It does not matter how slowly you go as long as you do not stop.
Confucius.
Bismillah.
source : yasirmukhtar.tumblr.com
Saya menemukan tulisan ini kira-kira satu tahun lalu. Dan selalu saya jadikan sebuah reminder. Saya setuju dan teramat setuju. Bahwa hidup ini bukan balapan, dan akan ada saatnya kamu pun berada di posisi orang yang kamu merasa dia jauh berada di depan kamu.
Contoh nyata dalam kehidupan saya saat ini adalah saat praktikum. Saat pekerjaan teman-teman kamu sudah di ACC (accepted mungkin? Saya juga ga ngerti sebenernya. Yang jelas saat pekerjaan sudah OKE! dan dinilai oleh dokter supervisor) dan mereka sudah lanjut berjalan. Sedang pekerjaan kamu lagi-lagi ditolak dan minta diperbaiki (Lagi)
Saya sudah pernah bolak-balik hampir lebih 5X saat ACC kawat, sedang teman kamu hanya sekali saja. Lebih dari 10X untuk mencetak rahang, sedang teman kamu hanya 1-2x saja. Adalah hati yang berlapang salah satu kuncinya.
Oke gapapa, gapapa, bisa-bisa!
Adalah satu hal yang selalu saya tanamkan saat berada di lab. Seringkali perasaan-perasaan tidak berbakat, payah, dan lainnya menghantui.
Sumi gabisa, gabisa, gabisa!
Kadang sudah se-frustrasi, se-stres itu.
Tapi lagi, bahwa belajar adalah sebuah proses yang panjang dan (memang) melelahkan untuk mencapai tujuan tersebut.
Untuk aku, kamu, dan siapapun yang merasa tertinggal, teruslah berjalan dan jangan pernah berhenti.
Semangat Sumi!!!!!!!! (dan kawan-kawankuuu!)
Semoga Phantum latihan, kontur gusi, adam's clasp, dan labial bownya di-ACC ya :(
Bogor, 24 Maret 2018
Halo, hujannya Kota Hujan