Senin, 22 Februari 2016

Delapan Belas Tahun

Terimakasih telah menurunkan hujan hari ini
Biar sepi
Hilang berganti

Terimakasih telah menurunkan hujan hari ini
Biar menemani
Hingga terlelap nanti

Terimakasih telah menurunkan hujan hari ini
Biar kamu pergi
Aku pun tak peduli

Terimakasih telah menurunkan hujan hari ini
Ingatkan diri
Masih banyak hal yang lupa disyukuri

Terimakasih telah menurunkan hujan hari ini
Biar jadi saksi
Umurku lagi berkurang 365 hari

Jumat, 19 Februari 2016

Pemimpi?

Mimpi-mimpi itu entah kemana. Abai tak dipegang erat-erat. Impian-impian itu entah bagaimana. Rasanya hanya mau selamat. Tapi, ke kanan kiri pun belum tentu selamat. Sampai tiba waktunya.

Ah kangen yang seperti dulu. Selalu menulis mimpi-mimpi di buku harian. Menulis list apa-apa yang harus dicapai. Mencoret satu demi satu sambil menulis yang baru. Sambil membayangkan akan seperti apa. Lantas bergerak.

Entah mimpi-mimpi itu bagaimana. Dasar pengecut. Sekarang menjadi penakut. Bahkan mimpi di papan tulis kelas sudah dihapus. Semudah itu melepasnya?

Bahkan dulu tulisan di meja ketika putih biru, "if you can dream it, you can do it" Kalimat sakti yang menemani saya sampai lulus disana.

Sekarang?

Penakut. Penakut.

"Jangan pernah remehkan impian seseorang, karena Tuhan pun tidak pernah" - 2



Masih diam-diam saja.

Belum sebesar itu ya mimpi kamu?

Belum sepantas itu ya mimpi kamu untuk diperjuangkan?

Ayo bangun, Sum.

Senin, 08 Februari 2016

Melepas Baik-baik

Jika berjalan bersama tak memperbaiki kita, maka ikhlaskan kita berjalan di jalan masing-masing. Bahkan jika itu sulit, ikhlaskan. Kita saling tahu bahwa beda jalan belum barang tentu beda tujuan. Sementara, masihkah kau mencemaskan kepergian kala rumah yang sama menjadi tujuan untuk tinggal? Aku tidak cemas dengan rencana baik Tuhan.


Kepergian memang tak menyisakan baik-baik saja setelahnya. Bahkan jika itu pergi untuk kebaikan kita. Namun, kau harus ingat ini baik-baik, bahwa bertahan pada hal-hal yang mendekati buruk tak memberi kita perbaikan. Meski mungkin jika berbenah bersama-sama akan terasa lebih mudah, ikhlaskan “sendiri” menjadi cara untuk “memperbaiki”.

Dalam kesendirian kita jadi bisa lebih banyak bergantung pada Sang Pencipta, bukan pada masing-masing kita yang adalah sebatas ciptaan-Nya. Akan mengerikan mengetahui tempat bergantung adalah pondasi yang busung, bukan kokoh lebih dari segala yang nampak perkasa. Tanpamu aku akan baik-baik saja dan menjadi manusia yang “baik-baik” selama Tuhan kuikutsertakan.

Kau takut jika akhirnya kita tidak menemui senang di masa mendatang? Takutlah pada kita yang semakin memburuk jika terus-terusan terpuruk. Bahkan jika kita tidak lagi bersama, kita masih punya doa untuk diijabah. Maka ikhlaskan aku, kumohon. Mari kita selesaikan kita di masa lalu dan menulis kita yang baru. Jodoh adalah cerminan diri kita. Jangan takut aku bukan untukmu.

Maafkan. Aku hanya ingin dimenangkan dengan cara yang halal.


(Source: satusenja.tumblr.com)


Cie. 

Sabtu, 06 Februari 2016

Wa(k)tu.


Detik tak pernah lengah berdetik
Menit tak pernah menunggu untuk berlalu
Jam tak pernah ragu untuk berdentang


Tik tok tik tok
Suara jarum berputar
Si merah berlari dengan kencang
Si jangkung bergerak perlahan
Si bungsu bergeser lantas bernyanyi


Itu peringatan
Satu jam telah berlalu
Sudah habis nyala api di perapian
Sudah habis hingar bingar malam


Selamat malam
Semoga jumpa
lagi.




H-58 UN
H-115 SBMPTN

Bismillah. Innallaha ma ana. 

Kamis, 04 Februari 2016

Iya.

Bismillah.

Dimanapun nanti,

Semoga bisa menjadi sebaik-baik pelayan masyarakat.


Jadi peri gigi, ya? :)