Sabtu, 31 Desember 2016

Kilas Balik

Selamat datang di salah satu drama kehidupan delapan belas tahun ini. Buat saya tahun ini adalah tahun yang apa-apa serba baru dan apa-apa yang perlu disesuaikan. Mulai dari sekolah yang berganti menjadi kampus, siswa menjadi mahasiswa dan Bogor menjadi Jatinangor. Banyak sekali ucapan syukur yang begitu melimpah di tahun ini. Banyak juga segala hal yang akhirnya bisa terlewati juga.

Salah satu yang paling menguras tenaga, pikiran, dan semuanya masih yang di bawah ini. Coretan yang di tulis bersama seorang teman, dengan cara teranehnya kita pergi ke sebuah pulau. Alhamdulillah dua-duanya diberikan kesempatan bukan hanya mengukir di atas pasir.

Allah memberi saya kesempatan untuk lebih dekat dengan mimpi-mimpi itu., dengan caraNya yang terbaik dan di tempat yang terbaik menurutNya pula,


please welcome






Ada di fase ini membuat saya belajar banyak. Sangat banyak. Mulai dari yang tersulit adalah meninggalkan rumah. Mau bagaimanapun saya tetap anak yang apa-apa Umi dan apa-apa Ayah. Hidup sendiri yang awalnya membuat saya jadi super cengeng dan jadi ya seperti ini. 

Sampai akhirnya pada fase yang mendewasakan saya. Dan sekali lagi waktu yang bekerja untuk membantu saya terus menjadi seorang pembelajar. Mungkin sekarang masih jadi pelajar yang lamban, masih manja, masih beginilah, dan begitulah. Semoga tidak lagi, dan menjadi Sumayyah yang tangguh, kan? seperti namanya?


Bertemu dengan banyak orang baru juga menjadi salah satu hal yang saya suka di tahun ini. Meskipun tidak kesampaian niatnya membangun citra baru HAHAHA, gagal ya, Sum. Berteman dengan banyak orang, berkenalan dengan si ini dan si itu.


Mungkin, masih banyak sekali yang harus diperbaiki, banyak juga urusan yang belum diselesaikan, mari menulis resolusi untuk diri dan juga evaluasi, Sum.


Masih semester satu, masih ada ujian lainnya. Jalannya masih panjang Doakan ya semoga dikuatkan. Katanya belum ada apa-apa. Tapi saya mau mengapresiasi diri, selamat sum telah melewati satu tahun ini!


Terima kasih satu tahun hebatnya, buat kamu siapapun yang memberi saya banyak pelajaran! :)





Bogor, 31 Desember 2016

23.59

Jumat, 04 November 2016

Curhat : 22.34

Saya bolak-balik menutup laman postingan ini . Saking.....bingungnya ingin menulis apa? Tapi saya ingin sekali menulis. Beneran deh. Rasanya udah muter-muter di kepala, tapi kok ya gatau mau mulai darimana.


Hmm. Pertama saya baik-baik saja disini. Walaupun tetap kadang masih ada drama-drama. Tapi percaya deh, saya jauh lebih kuat sekarang. Ga nyangka kan akhirnya bisa se-sendirian ini. HEHEHE. Ya tetep sih kadang daftar ngeluhnya masih panjang, ini juga sedang berusaha dikurang-kurangin kok. Belum bisa bilang merantau ternyata se-asik ini, yaelah anaknya masih bau kencur, masih cupu banget. Kalau harus balik kesini masih merengek-rengek , "Gamau baliiiik mau disini ajaaaaaaaaaa" Sambil guling-guling di lantai.


Minggu kemarin saya pulang. Kepulangan yang bener-bener mendadak dan tidak direncanakan. jadi ceritanya hari Jumat kemarin OKK saya libur (OKK apa tuh. HEHE) Jam Setengah delapan masih tidur-tiduran di kamar sembari ngechat kaka bilang pingin pulang. Terus gatau deh niat darimana jam 8 saya langsung siap-siap. Nyelesain segala urusan kos dululah pokonya dan langsung berangkat.


"Mi aku pulang ya

Udah di damri ini hehehehehehe"


Terus Uminya kaget. Dan ini adalah kepulangan saya sendirian. Alhamdulillah baik-baik aja kan ya. Walaupun di damrinya ketiduran dan sempet linglung si abangnya udah bilang "Cibaduyut, Cibaduyut" Panik sendiri kan itu dimana. Selama ini kalau naik damri pasti bareng temen dan selalu tidur di jalan HEHE. Dengan penuh kewaspadaan, untungnya ada ibu-ibu yang nanya Terminal Leuwipanjang, dan ternyata belum lewat ya. HEHE. Saya juga udah tau ya naik bisnya darimana, engga usah pada parno gitu. Ini anaknya dari jaman SD aja udah akrab sama Pusaka (ini loh bis yang ke Parung, UQ tea kan jauhnya tidak terkira di ujung berung. Dan baru tau Ujug Berung tuh ternyata nama daerah WKWKWK kirain cuma nunjukin tempat yang jauhnya ga kira-kira) Di bis  juga semua aman terkedali sampai Terminal Baranangsiang. Jadi tenang ya mi, anaknya udah bisa bolak-balik sendiri kan ya. 


Selama hampir tiga bulan ini saya udah pulang tiga kali. Iya sering emang. Dibilangin juga masih anak bawang. Yang terakhir tetep paling nekat sampe gaikut .... yaitulah HEHEHEHEHE :(



Kedua, saya jadi sering banget tidur cepet. Soalnya engga ada temen ngobrol. Biasanya pulang sekolah saya selalu bawelin orang rumah cerita ini itu. Ulangannya susah lah, temen yang gini gitulah, gurunya, apa inilah itulah. Ini bagian tersusah yang harus dibiasakan. Masa mau ngobrol sama tembok? Masa mau teriak ketawa seenak jidat yang kata Mbak sampe kedengeran ke rumahnya. Jadi, harap maklum kalau di luar terlihat lebih bawel. Soalnya saya ngabisin stok katanya di luar. Kalau udah di kost mah pasti ga nyangka, pendiam sekali anaknya. OK. Ya paling-paling sapa-sapa Teteh-teteh yang lewat. Iya soalnya di kost-an saya ini ga ada anak FKG nya yang seangkatan. Ada anak baru sih dari falkutas lain... cuma tiga tapinya hehe. Ya berproseslah ya semoga nanti bisa makin dekat. So far, betah-betah aja sih disini. Dimana lagi coba kost yang kalau adzan


"Akhwaaat sholat berjamaah yu

Sholatnya dimulai yaaaah"



 Jadi ukti banget kan akika. 


Ketiga, saya udah mulai berbahagia lagi, kok. Sampe ada yang bilang

"Sum tbh, kok lu gendutan lagi"

YA ALLAH INGIN AKU SUMPAL MULUTNYA.


Iya, jadi pas awal-awal disini berat badan saya emang sempet turun lumayan. Cuma sekarang udah suka jajan-jajan lagi ya gitu deh. Kita skip aja ya plis ini tolong. Pertama kali juga nyoba makan di warteg. Norak emang ya.

Saya juga udah biasa jalan kok dari kost ke kampus. Padahal awal-awal ngeluh jauh banget. Ternyata lama-lama b aja. Ya tetep ngos-ngosan juga sih ya. Emang Sayang membuat sayang deh. (iya nama daerahnya emang Sayang)


Terus apalagi ya, saya udah punya teman main kok hehehehehe. Udah kenal dan sering nyapa semua orang. Padahal dulu ada yang pernah bilang


"Takut ansos"

PRET. PRET BANGET SUM. ANSOS MANANYA.



"Oh ini Sumayyah? Yang katanya cerewet itu?"

YA ALLAH TOLONG SALAH APA SIH.



Iya udah gagal deh membangun citra baru. Mana kadang serasa kenapa buluk sendiri sih yang lain cetar membahana. Ini pake bedak aja ga pernah rata. Lagian keburu luntur deh. Pake hijab ala-ala cantiq. Ini pake kerudung cuma bisa satu model aja berantakan. Kenapa sih kenapa.



ini posting apa sih tidak berfaedah.






bonus foto teman-teman tutorialku
jangan kaget
namanya juga Fakultas Kebanyakan Gadis, gengs.


Kamis, 06 Oktober 2016

Apa kabar?

Disini baik,



semoga terus begitu.

Selasa, 04 Oktober 2016

Aku merindu pada aksara
Jauh tertinggal tak lagi sama

Minggu, 11 September 2016

Pro.ses

Akhir-akhir ini saya menyadari bahwa saya terlalu sering mengeluh. Sedikit masalah membuat saya mengeluh. Segala ketidakberesan membuat saya mengeluh. Bahkan merasa kekurangan dalam hal ini dan itu membuat saya  mengeluh.

Segala keluhan yang berdasar pada ketidak bersyukuran saya dalam menjalani hidup dengan nikmatNya yang sudah luar biasa. Masih kurang apalagi? Apa terlalu sering mendenga ke atas? Pemahaman yang kembali terkikis bahwasannya setiap orang diberi rezeki dengan kadar yang berbeda. Tapi satu hal bahwa Ia memberi kecukupan pada setiap HambaNya.

Mungkin saya yang belum bisa mengelolanya dengan baik menjadi sebuah kecukupan. Mungkin rasa taqwa dan iman itu sedang layu hingga terbujuk dengan hal-hal yang duniawi itu. Mungkin pemahaman yang baik belum mendarah daging dalam raga ini. Dan segala kemungkinan lain yang membuat saya rasanya ingin menangis.

“Lu terlalu sering ngeluh”
“Ga bersyukur sih”

Saya pernah bercerita tentang rasa nyaman yang belum juga tumbuh saat saya tinggal dan menjalani hari-hari disana. Saya pun menyesali tingkah yang kekanak-kanakan ini. Saya sering uring-uringan. Saya terbiasa tidak mengungkapkan apa yang rasa sebenarnya. Jadi saya mengalihkannya dengan mengeluh. Laptop saya error sedikit saya uring-uringan luar biasa. Flashdisk yang bervirus saya ngomel tiada henti.


Sehingga saya bertanya, apa permasalahannya, Sum?


Kadang saya hanya ingin bilang bahwa saya sedang tidak baik-baik saja ketika sendirian. Tidak ada lagi orang yang langsung tanggap membantu pekerjaan saya, membantu setiap keperluan saya, menemani saya. Kadang saya hanya ingin bilang bahwa saya merasa sepi di ruang berpetak 3 x 3 meter itu. Susahnya menjadi seorang extrovert ketika energi yang saya dapat berasal dari orang lain dari sekerumunan banyak orang, dan ketika saya sendiri saya sadar sedang membakar diri saya sendiri.

But, life must go on.

Tetapi juga saya lupa bahwa ada Allah yang Maha segala-galanya yang memberi kekuatan itu. Ada Allah yang akan mendengar setiap menit dan detiknya. Ada Allah yang menemani dan selalu ada.  Ada Allah yang akan mengulurkan tanganNya dalam setiap kesulitan.

Sudah seberapa jauh saya dariNya?


Sesulit ini ternyata. Proses penyesuaian dan adaptasi yang menguras tenaga. Padahal saya sudah sedikit percaya diri bahwa semua ini akan terlewati seperti saya melewati adaptasi di SMA. Tapi ternyata jauh lebih sulit. Medannya luar biasa, dan perlengkapan yang saya punya masih setengah matang
  
Banyak sekali hal-hal yang seharusnya tidak dipermasalahkan, tidak dipikirkan berlebihan, tidak usah membuat uring-uringan sepanjang hari.

Mana Sumayyah yang kuat dan tangguh? Saya menyadari bahwa makna nama itu begitu dalam. Sumayyah adalah perempuan yang kuat dan tangguh. Ia berkomitmen kuat terhadap agamaNya. Kecintaannya pada Dia jauh melebihi cintanya pada dirinya sendiri.

Lagi-lagi semuanya adalah tentang proses. baru menjalani satu bulan kan? Masih ada hari, bulan dan tahun selanjutnya. Proses yang mungkin memang tidak mudah dan instant. Proses yang mungkin kadang membuat menangis di awal. Proses untuk menjadi dewasa. Dewasa adalah sebuah pilihan yang mau tidak mau harus dijalani. Mari terus berprasangka baik. Mari berbahagia!


Sum, everything will be ok. 
Sum, it will pass. 
Sum, mari menjadi Sumayyah yang sebenarnya!








Tunggu ya, sebentar lagi akan kembali jadi Sumi yang selalu berbahagia :)




Minggu, 04 September 2016

Tentang hidup yang akan terus berjalan.

Ada suatu waktu ketika rasanya ingin sekali menghetikan waktu. Entah di momen yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Entah karena kesibukan yang tak kunjung usai atau kebersamaan yang terbangun.

Kadang kala ingin menghela nafas sejenak, duduk bersandar, berdiam diri. Atau dalam kondisi sebaliknya ingin merekam lebih lama orang-orang yang membersamai kita yang akhir-akhir ini jarang sekali kita temui.

Dua puluh empat jam bagimu adalah rapat disana-sini, sejam kemudian sudah berada entah dimana, bertemu dengan siapa. Dua puluh empat jam bagi orang lain adalah belajar dan belajar, mencari tambahan biaya. Mungkin dua puluh  empat jam orang lain adalah untuk menjamin bahwa hidupmu sampai saat ini masih terus berjalan.

Tapi waktu yang disediakanNya sama, masih dua puluh empat jam. Entah kita untuk mengisinya dengan apa, dengan siapa, dan dengan bagaimana.

Tapi waktu terus berjalan.

dan kisah hidup setiap mili detiknya akan terus terukir.

Sabtu, 03 September 2016

Kepada hati yang sering tidak berhati-hati, tolong hati-hati.

Sabtu, 06 Agustus 2016

Kor.sle.ting

Engkau racik segelas rindu yang kupesan
Membangkitkan kenangan yang telah lama terkubur di dasar
Jauh sekali hanya gelap dan senyap yang kurasa awalnya
Kamu menggali dengan piawai
Mempersembahkannya, padaku

Engkau masak dalam kuali kata bahagia
Bumbu yang menyembuhkan luka yang kita tahu siapa yang menggoresnya
Menebar harum suka menyenyahkan benci
Membangun kembali apa yang telah hancur tak bersisa

Engkau ramu dari segala cinta untuk membuat candu
Mengembalikan aku lagi padamu
Menyebutmu lagi sebagai tempat pulangku
Menerima segala maaf dan berdamai untuk kita
Untuk segala cerita

Rabu, 27 Juli 2016

CALLIPS


Mari bercerita, kembali pada tiga tahun silam

Selesai bersekolah di sekolah dengan predikat IT (Islam Terpadu) di belakangnya, saya melanjutkan ke sebuah sekolah negeri. Saya banyak bersyukur bisa mendapat banyak bekal yang akan mengisi hari-hari saya disana. Termasuk kerudung putih yang dulu belum sering dipakai oleh orang-orang. Kerudung yang ternyata menjadi sebuah cerita di tiga tahun kemudian. 

Senin, 18 Juli 2016

Berlawan Arah

Suatu ketika saat kamu sedang memiliki perasaan kepada seseorang, tiba-tiba muncul orang lain yang memiliki niat terbaik dalam hidupnya untukmu. Apakah kamu berani melawan arah perasaanmu?
Suatu ketika, impianmu runtuh satu persatu bukan karena kamu tidak berjuang mewujudkan. Tapi orang tuamu tidak setuju dengan segala hal yang kamu utarakan, mereka berharap besar terhadapmu. Apakah kamu berani melawan arah impianmu?
Di tengah jalan, kita akan dihadapkan pada hal-hal yang semenggelisahkan itu. Karena rumusnya adalah, perasaan tidak selalu sama dengan kenyataan. Dan Tuhan itu menghadirkan kenyataan-kenyataan untuk membuat kita mengerti bahwa menjalani hidup itu tidak sama dengan angan-angan.
Kita belajar berkali-kali tentang yang terbaik itu selalu Allah yang Maha Mengetahui. Hanya saja, ilmu kita tentang itu tidak pernah sampai dalam setiap langkah kita. Kita semacam merasa paling tahu yang terbaik untuk diri kita sendiri padahal sebenarnya kita tidak tahu apa-apa. 

Kekecewaan itu lahir dari ketidakmengertian kita tentang keikhlasan.

©Kurniawan Gunadi - Click

Minggu, 17 Juli 2016

"It will pass"

Saya ingin percaya. Sungguhan ingin percaya.

Sabtu, 09 Juli 2016





Pesisir adalah batas dua kehidupan
Antara berjalan dan menyelam
Berdampingan dengan garis khayal di antaranya
Pasang dan surut begitu kehidupan

Tempat kembalinya berpulang
Tersenyum di pagi hari
Setelah lelah mencari di saat gelap
Melepas peluh demi sesuap nasi

Landai adalah sumber tawa dan bahagia
Biar teriakan menggema langsung di langit biru
Berlari penuh suka cita dengan kaki polosnya
Menyentuh bulir-bulir pasir putih

Bersama ilalang di sepanjang jalan
Terbit dan terbenam
Pergi dan kembali


Sungai Liat, Bangka Belitung

Senin, 04 Juli 2016

Huftie

Tersering akhir-akhir ini :

"Sumayyah berangkat kapan?"

Berangkat kemana sih buk

"Awal Agustus kali ya... hehehe"

-----------

"Nanti ngekost dong?"

Maunya juga bawa rumah sekalian isinya mbak

"Iya udah dapet Alhamdulillah nih hehehe"

-----------------

"Wah jauh ya.."

Cuma tiga jam setengah tante kalau lancar.

"Iya hahaha biar mandiri"

--------------

Senangnya mendapat perhatian banyak orang yang walaupun banyak pengulangan. Kadang bikin gemes sendiri.

Belajar selanjutnya adalah untuk ga baper a.k.a bawa perasaan. Gini-gini .. saya anaknya perasa kok hehe.

Setelah 18 tahun belum pernah meninggalkan rumah dan orang-orangnya. Paling lama lima hari waktu Jambore. Sudah. Selebihnya saya menjadi anak rumahan dan orang yang family oriented.

Kaka saya pernah pesantren pas SMP. Abang saya kuliah di tempat yang 8 jam naik kereta atau 15 jam naik bis dan satu jam lebih naik pesawat.

Saya belum pernah kemana-mana. Selama 18 tahun ini.

Jadi wajar kalau umi bilang
"Jangan nangis ya kamu!"
"Baper deh pasti Sumayyah mah"
"Umi jadi kepikiran"

Terus saya jawab asal
"Aku mau pulang seminggu sekali biarin ga makan juga"
"Kayanya baru ga baper abis dua tahun"

Sumpah bercanda kok.

Bukan manja juga sih. Cuma apa ya. Sebagai anak tengah yang hidup di keluarga besar (keluarga besar itu lebih dari tiga anak, empat itu lebih dari tiga kan?) saya sudah sangat terbiasa dengan kehadiran mereka.

Umi yang nyiapin sarapan. Ayah yang nganter ke sekolah. Kaka tempat sampah setiap cerita. Salman teman berantem setiap malam. Yasin yang ke laut aja deh, gak deh,  yang serba bisa.

Jadi, sebenarnya cuma masalah watu untuk membiasakan. Merasakan hal-hal yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Juga menulis setiap cerita di lembar baru.

Alih-alih baper kaya gini, kadang ngerasa excited sekaligus penasaran juga. Saya lagi seneng nge-list barang-barang yang harus ada di kost, pengen ngehias kaya apa, bawaan dari rumah, dan lain-lain.

Mungkin harus dalam kondisi yang seperti ini biar anaknya keluar dari rumah. Keluar dari zona nyamannya juga. Juga banyak-banyak belajar dari kehidupan yang benar-benar hidup?

Dan satu lagi, yakin bahwa yang saya --kita-- miliki hanya Allah. Satu-satunya pelindung dan tempat bergantung.





Biarin ya si anak kecil ini belajar dan sotau.

Jumat, 01 Juli 2016

Mengenang

Janji sejanji-janjinya ini adalah yang terakhir.

Biarkan saya mengenang untuk terakhir kalinya.

Sebelum disimpan di dalam kotak yang diletakan di sudut.

Untuk mengingat bahwa mimpi itu pernah ada.

Sekali aja, ini yang terakhir.

--------

Sabtu, 18 Juni 2016

Teteh Mentor?



 Setiap hari Jumat di Smansa, ada satu kegiatan keislaman rutin, namanya mentoring. Biasanya yang akhwat diadain sepulang sekolah pas ikhwannya sholat jumat. Kalau yang ikhwan.. hmm fleksibel ya? Hehe. Setiap kelas punya teteh mentor dan asmen (asisten mentoring), terus teteh-teteh ini yang bakal nyampein materi dan ngasih segala macem.

Pas kelas 10, saya senang sekali tahu ada kegiatan ini. Karena di Ummul Quro juga ada hehehe. Terus tetehnya sangat baik dan seru banget. Setiap seminggu sekali kita kumpul dan berasa dicharge, diisi lagi sama hal-hal yang berbau kebaikan. Kadang ga cuma materi doang, tapi ada games, nonton, malah sempet masak-masak juga.

Sebelum kenaikan kelas 11, dikumpulin sama teteh-teteh. Tiba-tiba dikasih kertas yang isinya soal-soal seputar keislaman. Lah kan. Bingung. Selesai, udah dikumpulin. Terus dikasih tahu kalau bakalan jadi asisten mentoring. Waktu itu sih masih seneng-seneng aja, dapetnya juga kelas 11, jadi ya dipikir akan mudah karena sepantaran.

Ternyata…….




Enggak. 


Jauh sekali dari apa yang saya bayangkan. Waktu itu juga sama seorang teteh yang mungkin sedang sibuk-sibuknya. Saya seringkali yang nyampein materi. Kadang ngerasa belum siap, belum pantes, dan belum-belum lainnya. Terus karena sepantaran saya ngerasa engg gimana ya, kok kesannya saya sotau banget? Ditambah pula kesibukan kelas 11 yang begitulah.

Saya udah bertekad banget, tahun depan gamau deh jadi asmen lagi Titik.


Kelas 11 beres. Tiba-tiba dikasih tau lagi jarkoman yang isinya nama mentor dan asmen beserta kelas yang dipegangnya. Tuh kan! Saya malah jadi mentor. Saya akhinrnya ngomong ke teteh-teteh, saya gamau jadi mentor lagi, begini, begitu. Sudah dikasih wejangan macem-macem, sayanya keukeuh. Tetehnya juga keukeuh. Saya tetep jadi mentor, akhirnya.

Bulan-bulan pertama saya jalani dengan setengah hati. Sering saya meninggalkan karena hal-hal yang sepele. Ada tugas apalah, inilah, itulah.

Tapi yang seperti ini malah membuat saya ga tenang. Saya ngeliat temen-temen yang jadi mentor pada rajin-rajin, bawain ini dan itu, cerita macem-macem. Saya juga nyesel gimana liat asmen saya yang antusias (let me introduce you, her name is Hawa! Hi! ) dan gimana anak-anak yang rajin pada nungguin (saya pegang X MIPA 4. Hai!)

Semacam tertohok, seperti merasa ditegur. Akhirnya dari sana saya mulai belajar pelan-pelan. Saya baca suatu buku yang saya gamau buka halaman selanjutnya karena ini nyindir banget dan ngebuat saya makin merasa bersalah. Akhirnya sih tetep dibaca juga huhu.

“Dan tiadalah kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” (QS 21:107)

“Mereka beriman kepada Allah dari hari akhir, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang munkar dan bersegera (mengerjakan) kebajikan. Mereka termasuk orang-orang saleh” (QS 3 : 114)

Dari situ saya mulai berbenah. Gak mudah. Perasaan-perasaan ga pantes itu masih seringkali muncul. Ngerasa ga percaya diri karena ilmu yang dipunya masih cetek. Tapi dari situlah hikmahnya. Seperti teko yang menumpahkan isinya tapi engga pernah habis. Disamping harus memberi saya juga punya tuntutan untuk mengisi diri sendiri. Seperti air yang terus mengalir, airnya tidak akan menggenang dan tidak akan keruh.

Saya juga belajar untuk memperbaiki diri sendiri. Bagaimana agar bisa menjadi suatu contoh yang baik. Saya sering melakukan kesalahan, misalnya terlambat, materinya belum siap, belum bisa menjawab pertanyaan-pertnyaan, kadang masih suka grogi, jayus (garing banget anaknya kaya kripik kentang)

Godaanya juga banyak. Karena hari Jumat itu pulang siang, banyak banget tawaran main sana-sini. Hehehehehehe. Kadang kepikiran buat ikut apa ya… Haha ga deh!

Tapi dibalik kesulitan pasti ada kemudahan. Terganti kok sama temen-temen yang hadir dan ngerasa seneng (Kata mereka) (apalagi kalau disogok es krim) Tempat pelarian terbaik di saat sibuk-sibuknya kelas 12. Sumber doa huhuhu.

“Dan sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain”


Semoga. Semoga. Semoga apa yang saya lakukan satu tahun ke belakang menebar kebermanfaatan.



Semangat turun lantai, kalian! 
Terima kasih untuk satu tahun hebatnya! 💓💓💓




Kamis, 16 Juni 2016

Zona Waktu

 “tiap orang punya timezone-nya masing-masing. Mungkin saat ini mereka bicara tentang cinta, mungkin besoknya sudah tidak. Biarkan orang-orang hidup pada zona waktu mereka”.

prawitamutia.tumblr.com

iqbalhariadi.com

Terinspirasi dari dua tulisan di atas. Hayu sok mangga dibaca! :) 

Dulu saya pernah sempat protes dan ngomel-ngomel sama umi,
"Kenapa sih akun ini ngomongin jodoh mulu?! Menunggulah, apalah, blabla. Haduh! "


Setelah membaca dua tulisan di atas, saya rasanya jadi malu. Hahaha. Mungkin sama ketika orang-orang membaca blog ini (ada yang baca?) yang bosan lagi-lagi membahas soal galauin jurusan, ujian, dan segala kehidupan drama anak SMA.


Setiap orang punya zona waktunya masing-masing.


Zona waktu saya sendiri ya ini, jelang kuliah, jelang rantau, dan kehidupan baru. Zona waktunya orang lain mungkin berbeda?


Mungkin buat sebagian orang, tulisan jodoh-jodoh dan cinta-cintaan itu ya sedang pas dengan zona waktunya. Tulisan-tulisan yang menjadi solusi buat mereka.


Kan bisa selektif ya, Sum? :)

Oiya, soal anti cinta-cintaan.


HAHAHAHAHAHAHAHA.

Sebulan yang lalu, saya sempat meng-upload sesuatu yang bikin heboh. Ga ada niat apapun deh. Euforia anak SMA ya maafin aja. Lumayan dibanjiri pertanyaan siapa dan keheranan.

"Ga nyangka aja gue sumi bisa gitu"
"Siapa lu teh?"
"Penasaran banget"
"Ya hebohlah lu kan aseksual"

Yang terakhir emang ter-kurang ajar.


Tapi sadar kok emang salah hehe. Habis itu juga langsung cek posting yang dulu-dulu, banyak sekali yang ga lulus terbit. Menumpuklah draft hampir mencapai seratus. Sebala itu......


Buat saya, urusan yang satu itu belum masuk dalam zona waktu saya saat ini. Masih menjadi prioritas ke sekian. Ya seenganya juga bukan suatu hal yang pantas dikonsumsi publik. Kesemsem sama satu dua, ya pernahlah. Tulisan-tulisan menye-menye di laptop yang berpassword. Dibaca kalau lagi sedih, nanti ketawa-ketawa sendiri. Semenggelikan itu ya...


Ini menurut pandangan saya sendiri sih hehe. Setiap orang punya cara sendiri untuk menjalani zona waktunya. Semoga cara entah dengan tulisan atau sikap itu bisa mendewasakan kita. 



Depok
01.02

Minggu, 05 Juni 2016

credit to Tannia Sembiring.
Bali, 13 Juni 2015

Lari adalah lari
Langit adalah langit
Laut adalah laut
Biarkan jadi pelarian



puasa full terakhir di rumah ya?
hehehehehehehehehehehehe


Kontemplasi

Lusa kemarin ada seseorang yang mengingatkan saya dengan caranya yang begitulah –sudah dimaafkan jadi skip aja. Awalnya saya langsung merasa malu dan tidak enak hati. Ada juga rasa kesal karena ya menurut saya itu tidak menyenangkan.

Tapi di sisi lainnya, hal itu membuat saya tersadar ada yang harus dibenahi dan diperbaiki. Setelah kejadian tersebut saya banyak berpikir dan merenung, yang berakibat saya menangis bombay dan cerita ke seorang Teteh. Drama banget seh. 

Tegurannya berupa batasan-batasan aurat. Harusnya saya sudah paham. Tapi tidak dengan pengaplikasiannya. Seringkali saya membenarkan bahkan menganggap remeh. Saya tidak menjalankan dengan sepenuhnya.

Kilas balik perjalanan bagaimana proses saya berhijab. Alhamdulillah diberi keluarga yang luar biasa. Sedari kecil saya sudah dibiasakan memakai hijab. Walaupun masih dipadu-padankan dengan lengan pendek. TK, SD, SMP di sekolah islam. Full day school. Saya sudah makin tebiasa dengan hijab. Tapi ya begitulah, masih sering pakai celana, nongol-nongol depan pintu tidak pakai hijab, lari-lari ke rumah tetangga hijabnya ketinggalan! 

 Rasanya SMP  menjadi sebuah titik balik untuk saya. Saat itu diwajibkan di luar hari sekolah (misal Sabtu) untuk memakai rok. Awalnya saya protes keras. Saya ingat menulis di diary waktu itu. Koleksi rok saya cuma satu-dua. Sisanya rok seragam sekolah. Titik. Seiring berjalannya waktu, saya sangat menikmati aturan ini. Awalnya yang karena terbiasa, menjadi paham, lalu cinta. Saya mendapat banyak pelajaran dan pemahaman-pemahaman yang baik. Bukan lagi sekedar “memang pakai dari kecil”. Akhirnya mengerti berhijab adalah kewajiban , perintah sebagai bukti cinta dariNya.

Saya masih belajar, insyaAllah, semoga, terus sampai saat ini. Saya sadar betul hijab saya kadang masih ngepas. Kadang harusnya mendouble tapi malah dilewatkan. Bahkan jujur, saya baru belajar pakai kaos kaki kemana-mana, meski cuma tukang bubur depan, kelas 12 ini. 

Sehubungan dengan hijab-hijab ini, saya sering cerita ke Teteh-teteh, betapa saya iri dengan ukhti-ukhti yang sudah konsisten dengan hijabnya, juga tutur katanya, tingkah lakunya. Adem-adem gimana ya, menenangkan jiwa, katanya. Saya iri! Banget! Dengan penuh kesadaran melihat diri yang amat serampangan dan acakadut. Nah kan apa coba.

Tapi , katanya

“Islam tidak membunuh karakter, kok. Ga ada yang maksa harus jadi akhwat pendiem (HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA TUH KAN GAGAL KALEM) Karena karakternya memang diciptakan begitu. Malah kadang jadi warna tersendiri, yang bahkan karakternya cocok untuk dakwah di segmen tertentu”

Teteeeeeh minta dipeluk banget. Iya ya, dulu, Abu Bakar dengan sikapnya yag lemah lembut, atau Umar dengan sikap yang keras dan ketegasannya. Ah, Sum!

Aturan berpakaian dan berhijab mungkin menjadi bahasan yang sensitif  untuk sebagian orang. Saya menyadari satu hal, hidayah memang untuk dijemput, benar adanya. Coba dimulai dengan berpikir positif dan memandang semua itu adalah sebuah kebaikan. Pahami baik-baik apa makna yang terkandung di dalamnya. Hijab adalah sebuah pesan yang mengandung perlindungan dan kasih sayang. Semoga, cahaya itu akan mengetuk hati-hati kita (AAMIN SUM AAMIN!)

Perubahan yang paling syahdu adalah perubahan yang kita bisa menikmati prosesnya.

Barangkali masih ada yang keliru dari apa yang mendasari kita kita untuk berupaya berubah, itulah mengapa hati bisa merasa jengah.

Selamat terus beranjak, selamat terus berbenah. Semoga kita menjadi pribadi yang bisa menikamti perubahan (yang baik) , bukan hanya agar dikira sudah mulai membaik.

( source: jalansaja.tumblr.com )

 Mari berposes terus! Jangan lelah menjadi pembelajar. Setahap demi tahap untuk terus memperbaiki. Dinikmati setiap rangkaiannya. Mari kita saling mendoakan! 

Oiya, selamat menunaikan ibadah puasa! Semoga banyak kebaikan yang menjadi ladang amalan. Jangan lupa target-targetnya, Sum! 




Sabtu, 04 Juni 2016

“Kapan rasa syukur kita mengalahkan kekhawatiran pada hidup yang sedang kita jalani dan keresahan tentang masa depan?” -Kurniawan Gunadi


 Syukur, satu hal dari sekian banyak yang sering kali kita lalai akannya. Kapan rasa syukur mengisi setiap kejadian suka maupun duka? Kapan rasa syukur digumamkan bahkan sekalipun dalam kekurangan? Kapan rasa syukur bergema ketika dilimpahkan nikmatNya yang tak terkira? Bahkan sudahkah mengucap rasa syukur akan nafas yang masih berhembus, mata yang masih terbuka di pagi hari ini, kaki dan tangan yang senantiasa bergerak dengan kokohnya?

Sekalipun dalam keadaan teruji, bagaimana kita bersyukur bahwa Allah ingin mengangkat derajat seorang HambaNya ke sisiNya yang lebih tinggi. Bahwa Allah ingin menguji keimanannya. Bahwa Allah mengingnkan hambanNya kembali pada fitrahNya. Bahwa Allah amat sangat menyanginya.

Kapan rasa syukur dan sikap prasangka baik kita menjadi pilar-pilar prinsip yang kita tegakkan setiap harinya?

Menjalani kehidupan saat ini tentu tidak mudah. Persaingan sosial yang begitu ketat, dimana harta dan tahta begitu didengungkan. Tolak ukur kesuksesan menjadi apa-yang-ia-punya-di-dunia. Iri dan dengki menjadi santapan sehari-hari. Merasa tidak puas akan kekayaan, jabatan yang dimiliki.

Kemana rasa syukur kita? Dimana rasa menghamba pada Tuhan Yang Maha Esa?

Sedikit melihat seseorang mempunyai kelebihan, lantas meraung ingin memilikinya juga. Mungkin saat ini salah satu dari kita masih berstatus pelajar, lantas meminta ini dan itu pada orang tua. Menuntut segalanya menjadi sempurna, semuanya dikabulkan seperti yang kita inginkan. Tapi sayang, bukan begitu mekanismenya.

Ada yang diberi kelebihan sehingga langsung tercapai. Ujian kenikmatan, lantas bersyukurkan kita? Atau melupakan siapa yang memberi? Ada yang diminta berjuang dan bersabar terlebih dahulu. Ujian kenikmatan pula, akankah kita menyerah dan malah menjauh, bahkan menyalahkan?

Banyak hal dalam hidup ini yang tidak berjalan sesuai dengan apa yang kita kehendaki, karena ada Tuhan Yang Maha Berkehendak. Ada Yang Maha Mengetahui. Ada yang langsung dikabulkan, ada yang ditunda, ada juga yang diganti menjadi lebih baik.

Belum-belum mengerti soal ini, sudah berburuk sangka padaNya, pada takdir. Kehidupan dunia sering kali membuai sehingga melupakan timbangan-timbnagan akhirat. Kita lupa untuk apa ada di dunia. Kita lupa pada kehidupan yang kekal abadi nanti.


Alhamdulillahi rabbil ‘alamin
Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam

Kapan terakhir kita bersyukur?

Tulisan untuk seseorang yang kami sayangi
Semoga selalu dilimpahkan rahmat dan hidayahNya



Rabu, 25 Mei 2016

Kembali.


Kalau Smansa adalah sekolah kehidupan, kalau sekolah yang satu ini adalah sekolah yang memberi apa-apa yang membuat saya bisa bertahan dan menjalani kehidupan.

Di Smansa, saya benar-benar merasa hidup. Bagaimana keluar dari zona nyaman, bagaimana merasa kegagalan, bagaimana membangun hubungan dengan orang lain dan masuk dalam setiap kalangan, dan bagaimana-bagaimana lainnya. Buat saya, sekolah ini membuat saya belajar tidak hanya akademis saja. Mungkin setiap sudut-sudutnya mengandung pelajaran.

Kalau Ummul Quro adalah tempat saya bermula. Tempat saya berasal. Pembelajaran primer yang saya dapatkan. Saya bisa begini dan begitu, awalnya dari sekolah ini. Sekolah 11 tahun saya. 


Sebelum masuk ke Ummul Quro, saya sudah sering diajak kesini karena Tante saya waktu itu kebetulan kepala sekolah TKnya dan Umi sedang hamil Salman saat itu. Jadi saya sudah sering bolak-balik dan main-main disini.

Pertama kali saya bisa baca ya disini. Mengeja ini budi, ini ibu budi. Pertama kali saya hafal surat Al-Fathihah ya disini. Pertama kali saya berteman. Pertama kali saya menemukan dan mengerti ini dan itu ya disini.

Kemarin pas kesana masih banyak guru-guru yang dulu mengajar saat saya TK. Sudah lama juga ya. Dan mereka masih kenal dengan saya. Hahaha jadinya salam satu-satu bertanya kabar. Dan sedikit banyak mengingat yang dulu-dulu. Berapa tahun yang lalu ya :") 

Dulu saya anak yang sangat periang dan ceria (bahasa halusnya berisik ya ini sih) Ga dulu aja deh. Hahahaha. Bahkan pas kelulusan saya dapet award siswa paling bersosialisasi. HAHAHAHAHAHAHAHA. Sebel. 



Selepas TK, saya masih lanjut di SD Ummul Quro juga. Kedua kakak saya juga ada disini. Waktu kelas satu saya dapet ranking satu dan di rumah....







Ga ada yang percaya.



Sampe mereka bolak-balik nanya gurunya.



Kesel ga sih? 


Disini saya mula berteman dengan banyak orang. Mulai punya temen deket juga. Menjalani drama-drama anak SD. 

"IH KAMU!!!"
"GAUSAH DITEMENIN LAH DIA!!"
"AYO KITA PERGI AJA"

HELO. 

Saya juga mulai menulis disini. Dari kelas 3 saya ikut ekskul jurnalistik. Seru banget! Saya inget pernah nulis di majalah sekolah dan dapet uang 6 ribu :""'''''' Abis itu seneng bukan main. Terus pernah juga ke SCTV. Huaaaaaaa jadi kangen Pak Arfan. Beliau ini dulu pembimbingnya ekskul jurnalistik. 


Saya juga mulai belajar bener-bener. Aneh. Ya saya abisnya minder dan ngerasa malu karena kakak-abang saya yang begini dan begitu. Saya udah mulai belajar keras dari SD wkwkwkwk. Dulu mah masih rajin sekarang ampas tahu. Alhamdulillah dari kelas empat sampai lulus namanya selalu dipanggil pas pembagian rapot. Saya ga ngerti mikir apa sih anak sd sampai segitunya. Dulu pernah latihan ulangan ips terpadu saya dapet lima. Abis itu dihujat-hujat sama temen-temen. 

"Iih masa si Sumayyah"
"Ga mungkin ih ga mungkin"

Overrated. Males. Kadang beban juga sih. Hahaha. Habis itu mulai ah bodo amat. 

Pertama kali juga smsan sama laki-laki. Dia yang mulai sumpah deh!!! Kecentilan tapi orangnya semua dismsin seperti jarkom. Dan pertama kali juga punya cem-ceman. Cie. Males ah. Dasar si mantan teman jemputan. Bhay. 


Percayalah tadinya saya mau melanjutkan ke pesantren kaya kakak. Wkwkwkkwkwkwk kasian gurunya punya santri kaya gini mah deuh ya maafin. Akhirnya saya ngikutin Yasin disini. Tapi karena beda kita dua tahun ya, pas saya masuk dia keluar.

Tapi heran kok ini orang terkenal banget. HUHUHUHUHUHU. Jadi kemana-mana suka ditanyain

"Adeknya Yasin ya?"

Iya woy iyaaaaaaaa. Ini harus pasang stempel di jidat kayanya. 

Saya sempet ngerasa linglung dan pengen ikut-ikut si Yasin. Tapi saya sadar kok itu engga Sumayyah banget sih. Jadi saya keluar dari jalur itu dan membuat jalan-jalan sendiri. 

Yang paling aneh disini tetep aja pas kepilih jadi ketua OSIS. WKWKWKWKWKWKWKWKWKWKWKWKWKWKWKWKWKWKW SATU PARAGRAF. Aneh banget. Tapi ya tetep ngasih banyak pelajaran buat diri saya sendiri. How to be a leader sih . Saya inget betapa sering nagisnya abis itu tapi senang senang luar biasa. Mungkin saya belum jadi pemimpin yang baik atau adil saat itu, mohon dimaafkan. Suka kepikiran nanti harus tanggung jawab apa ya di akhirat sana. 

Drama-drama makin banyak bermunculan. Kalau banyak orang yang sebel diatur sekian rupa, saya seneng. Kalau banyak orang yang ga suka dicampurin, saya merasa diperhatikan. 

Memang masanya virus-virus itu bertebaran. Tapi saya bersyukur. Bersyukur banget bisa dijaga sekian rupa. Walaupun sempet kecolongan juga sih. HAHA! Ya gitu deuh punya teman dekat di lantai bawah. Cie. Teman cuy. 

Iya jadi dulu kelasnya emang dipisah. Yang ikhwan di bawah dan yang akhwat di atas. Tiga tahun sekelas sama orang-orang yang sama itu ngebuat deket banget sama mereka. Sampai hafal kebiasaan anak-anaknya. Huhuhuhu. Kangen. Mereka itu yang paling support pas kampanye. Mereka bener-bener ada buat saya. Ew cizi amat. 

Sebelas tahun pergi ke sekolah yang sama. Sebelas tahun dalam lingkungan yang terjaga. Sebelas tahun yang membekali dengan banyak hal. Sebelas tahun yang mengajarkan untuk seimbang dunia-akhirat. 



Baru main-main kesana lagi setelah perpisahan dan ngerasa banyak yang berubah. Cuma satu yang ga berubah






Saya pulang


Saya kembali ke rumah. 


Ini namanya Bu Ifat, one of my favorite!!!!!!! Beliau ngajar PAI (Pendidikan Agama Islam) Cara ngajarnya itu bikin ga pernah ngantuk. PAI bukan sekedar menghafal dan tahu. Tapi bagaimana mengaplikasikannya dan benar-benar menjalani sebagai hambaNya yang baik. Kangen sekali diceritain segala pengalaman hidupnya yang luaaaaaarrrr biasa! Kangen dinasihati . Kangen semuanya.




Nah yang ini teman dari TK HAHAHAHA. Tapi kita baru sekelas pas SMP. Sekarang sudah lulus di SMA UQ. 14 tahun ya, Taz? :")  InsyaAllah nanti sebelahan ya budok? Semoga selalu diberi yang terbaik, Taz! Abis segala huru-hara ini wajib main banget ya!








Dan nantikan aku kembali, lagi. 


Waktu dikejar
Waktu menunggu
Waktu berlari
Waktu bersembunyi
Biarkan aku mencintaimu
Dan biarkan waktu menguji

(Ayah - Andrea Hirata)

Jumat, 20 Mei 2016

Graduation?


Dua orang yang selalu menemani di saat-saat tersulit saya. Yang kiri selalu rela dibawelin buat ngajarin, padahal anaknya suka marah-marah kalau gak ngerti. Tapi sabarnya luar biasa. Yang kanan selalu nemenin sampe nyediain segala keperluan yang saya butuhin. Rela di rumah full selama UN demi nemenin anaknya ini. Gatau gimana bilangnya, terima kasih Umi dan Ayah. Sumayyah cinta! 


Manusia kurang gizi. Baru temenan tiga tahun rasaya udah kaya berabad-abad. Ngobrolin A-Z selalu nyambung. Keras kepala anaknya tapi selalu ga tegaan. Fon, semoga makara hijau memang jodohnya. Selamat mewujudkan mimpi-mimpi kita, Gapapa ya terpisah 206 km? Sumi ga kemana-mana kan? Sumi ga pernah ninggalin kan? Yang namanya selalu terselip di akhir sujud. Selamat bertemu di rumah sakit nanti! 


Teman sebangku dua tahun yang perlu dipertanyakan kewarasan otaknya. Sarkasme dan sinismenya berhasil membagun saya jadi lebih baik. The best travelling partner. Mau kemana kita selanjutnya? Terima kasih untuk selalu memberi apa-apa yang mungkin tidak kamu sadari. Maaf kalau belum bisa menjadi sebaik-baiknya seorang teman. 


Maaf tidak bersama kalian di gedung yang sama. Selamat mewujudkan mimpi-mimpi lainnya. Kuylah Jatinagor for love, live, and earth. Lah wardah itu sih. 



Salah satu ketakutan terbesar saya adalah sulit diterima dalam suatu lingkungan. Mungkin ada yang menganggap saya terlalu keras atau first impression  yang sedemikian rupa. Terima kasih telah menerima Sumi, guys! Yang mengisi hari-hari dua tahun ini. DooOoooooOOO gabisa cizi. Takut maskaranya luntur. Yang di atas bukan martabak atau nasi goreng, tapi spesialnya luar biasa. Juara! 


(minus Uce & Hanif)
Mereka tahu betul bagaimana ketidakanggunan saya dan bar-barnya. 
"WOY LAPORAN DEPARTEMEN MASING-MASING"
"KADEP-KADEPKU"
"JARKOM KE DEPARTEMEN MASING-MASING"
"WOY"
"HEH"
"DIEM GAK"
"SERIUS DONG"
Bohong deh. Saya kan kalem dan lemah lembut. Ya kan? Terimakash telah bekerja sama setahun ke belakang. Maaf kalau saya bayak salahnya, apalagi ke para ketua.Ya emang gini sekretaris tidak tahu diuntung. 




Pengingat-pengingat dalam kebaikan. Lingkaran yang selalu ditunggu setiap minggunya. Teman belajar yang paling-paling sedunia. Engga tahu lagi mau ngomong apa. Sayang banget... HUHUHU. Pesannya ya tetep, jangan baper guys! Aku sih ya tujuh tahun lagi abis koass. Apa enam? EH TUHKAN!! Ditunggu kabar baiknya sayang-sayangku. Semoga selalu diberkahi Allah. Doaku yang terbaik untuk semua!



UCEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! a.k.a makhluk paling cuek a.k.a partner kerja sumi a.k.a calon ibu dokterku. Insya Allah nanti sebelahan kan ya? Aamiinnnn allahumma aamiin. Kutunggu! 


Ya Allah, jaga mereka-mereka yang di atas sana ya. Sumi titip mereka semua! :)

Senin, 16 Mei 2016

Yaelah, Sum!

"Umi kayanya harus sewa pembantu lagi deh"

"Kenapa emang?"

"Kan nanti Sumayyah pergi"

Ya. Celetukan Salman yang bikin kesel dan sedih.

HAHAHAHAHAHA keselnya sih lebih banyak:"""""""""

Sekitar satu tahun lalu, Mbak emang resign dari rumah --resign coy. Alhasil rumah emang ga ada asisten rumah tangga lagi. Masing-masing punya tugas masing-masing. Misalnya saya; ngepel, nyapu, ngejemur, lipet baju. Yha gitu.

Akhir-akhir ini juga emang sering ada di rumah. Jadilah saya emang suka disuruh beberes dengan rayuan Umi.

"Kamu tuh kalau nyapu bersih banget deeh"

"Duuuh ngepelnya awet satu minggu ini sih"

"Umi ga sebersih ayah sama kamu nih kalau beberes"

Y h a a j a .

Katanya saya ini mewarisi jiwa beberesnya ayah :"))))))))

Ya idaman kan?

Idaman asisten rumah tangga. Sempet kepikiran daftar go-clean apa? HAHAHA GAK DING.

Hue. Ngelantur.

Celetukan Salman juga asli bikin sedih banget. Emang... Saya mau pergi kemana? Cuma 206 kilo meter kan dari rumah? Cuma tiga jam perjalanan naik mobil kan?

Lagi-lagi takut karena hal ginian. Si payah.

"Kenapa nangis ih?"

"Nanti gimana.... Jauh..... "
(9 Mei 2016 , 15.00)

Sum, mari belajar mendewasa. Hikmahnya adalah banyak pelajaran yang bisa kamu ambil. Tentang keberanian dan kemandirian. Juga tentang memaknai arti pulang sesungguhnya.

Si cengeng. Dua tahun lagi kepala dua.

Rabu, 11 Mei 2016

Belum Akhirnya.

Hm.

Banyak pertimbangan setelah memilih yang satu itu. Teriakan pencundang menggema di labirin-labirin pendengaran. Bisik kanan-kiri yang membuat semakin pusing. Banyak bentrokan antara mimpi, harapan dari orang sekitar saya, dan masih banyak lagi.

Akhirnya satu malam, berserah pada satu-satunya tempat bergantung.  Saya ga peduli apa lagi kata orang. Biar. Saya sudah memilih.

Disamping itu masih berjuang mengejar apa-apa yang telah digantungkan pada langit. Masih mempertahankan apa yang menjadi doa di setiap sujud.

Rupanya, ini jawabannya. Yang menurutNya baik. Bukan lagi menimbang dengan takaran manusia. Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah.

Kalau ada yang nanya, apa saya menyesal?

Saya bakal jawab, tidak. Tidak lagi terbesit sama sekali tentang pengandaian. Cuma bisa bersyukur masih diberi kesempatan. Bersyukur bisa membahagiakan.

Kalau ada yang nanya, masih mau di Depok?

Saya bakal jawab, tidak. Alhamdulillah sudah jalannya. Alhamdulillah. Sangat-sangat bersyukur dengan apa yang Allah berikan.

Kalau masih ada yang tanya, kenapa engga jadi dokter?

Ini sih minta dirontokkin semua giginya. Gak deh.

"Dan aku diperintahkan agar menjadi orang yang pertama-tama berserah diri" (QS 39: 12)

Mari berserah, bukan berpasrah! :)

Belum ada apa-apanya, Sum. Semoga dikuatkan selalu!

InsyaAllah, your future pedodontist. 🎉

Selasa, 26 April 2016

(Ber)Lalu.

Ruang kosong
Tertutup debu
Sudah lama ditinggal pemiliknya
Entah kemana
Tahun-tahun kemarin
Masih dikunjunginya
Dirapikan, ditata sedemikian
Lalu ditinggalkan
Begitu saja
Ruang
Apakah masih ada yang tertinggal?
Akan ku tengok sebentar
Untuk menyelesaikan yang lalu
Biar tersimpan
Tapi bukan menjadi angan
Lagi.

Jumat, 25 Maret 2016

Menggores Prinsip.

Terlepas dari aturan yang telah diaturNya atau tentang keyakinan padaNya, bahwasannya setiap orang punya prinsip-prinsip yang ia pegang dalam hidup. Prinsip yang perlu dijalani bukan hanya karena TuhanNya ---Meski jelas Tuhan sudah mengatur dalam firmannya--- Tapi prinsip yang diyakini karena tahu sebab dan akibatnya. Dan Tuhan... memberikan kesempatan untuk berpikir kan? Sesuai dengan kapasitas manusia yang tentu saja amat terbatas.


Hidup di lingkungan yang heterogen, dengan manusia yang beragam, yang begini, begitu, sedikit banyak menggores prinsip yang saya pegang. Tentang bagaimana lagi-lagi mengalah pada lingkungan dan terbawa ke dalamnya. Saya kalah dalam menjaga diri saya.


Menggores prinsip yang saya pegang. Rasanya saya berkhianat terhadap nurani. Saya ga ingin melakukan itu. Tapi bilah-bilah pisau menggores prinsip itu.


Pertanyaannya, jadi kamu menyalahkan lingkungan?


Saya bertanggung jawab untuk menyalahkan diri saya sendiri. Saya yang tidak teguh. Pendirian goyah.


Contoh saja, jujur pertama kali saya dibonceng naik motor oleh lelaki (bukan mahram) itu SMA. Terlepas dari bagaimana ayat-ayatNya, saya dari dulu menanamkan bagaimana kemuliaan seorang wanita. Bagaimana menjaga diri dari hal-hal yang bisa mengundang fitnah atau mengundah celah hal-hal yang tidak diinginkan. Bagaimana juga untuk bersikap tidak merendahkan kekuatan. Mungkin terlihat mudah bagi orang lain. Tetapi tidak untuk saya.

"Gapapa rumahnya jauh! Ayo biar cepet!"
"Udah malem!"
"Gapapalah duduk miring aja pake tas ini ga kena"


Jujur beberapa kali saya mengiyakan. Saya menggores prinsip itu. Hingga akhirnya sebelum terkoyak, saya kembali memungut prinsip-prinsip itu. Memegangnya dengan kuat. Dan betapa bahagianya

"Gua kalau liat lu jalan, liat jam dulu. Masih keburu gak. Kayanya keburu. Lagian kalau ditawarin, gamau juga kan?"



Senangnya berdiri di atas prinsip-prinsip yang dibangun sendiri.

"Orang yang punya prinsip dan pendirian, lebih mudah dihargai"


Tadi cuma satu saja contoh dari prinsip yang harus saya pertahankan, temtang bagaimana menghargai diri. Lainnya banyak sekali. Saya jadi sering berperang dengan diri saya sendiri. Ribut bisikan kanan dan kiri.


 Jangan terluka hanya karena serangan di luar kan? Itu alasan. Karena yang bisa menggores cua diri kamu sendiri, Sum.

Minggu, 20 Maret 2016




(Source: jagungrebus.tumblr.com)

Jumat, 11 Maret 2016

Kantukopi

Dua cangkir kopi telah habis
Begitu saja tandas
Berlomba dengan asap yang mengepul
Panasnya membuat mati rasa

Mengalir dalam peredaran
Mata sulit memejam
Kantuk musnah sudah

Jangkrik semakin berisik
Langit kian pekat
Dinginnya menusuk

Lembar-lembar membuat penat
Lelah
Tapi ini belum apa-apa




:(

Selasa, 08 Maret 2016

setelah.

 Setelah melewati drama yang sangat melelahkan. (Tuh kan drama)

Setelah memberanikan diri meminta petunjuk padaNya. (Iya sambil sesenggukan, meler dimana-mana, mukenanya banjir)

Setelah minta restu ayah & umi.

Setelah berdiskusi sana-sini.

Setelah banyak nasihat & perhatian yang diberi. (Terimakasih semuanya! Maaf hobinya ngeyel HEHE) .
Akhirnya...


hanya

206 km dari rumah.

kurang lebih 3 jam 20 menit.





Semoga mendekatkan pada asa yang ingin dituju. Mimpinya masih sama. Akhirnya juga berani bermimpi-mimpi lagi. Kali ini lebih berserah dengan ikhtiar yang penuh ya?



Semoga. Semoga. Semoga selalu dikuatkan, Sum!


Jalannya bukan cuma satu. Sekarang selesaikan dulu jalan yang satu ini. Entah bagaimana nanti, semoga diberi yang terbaik. Bismillah.

Senin, 07 Maret 2016

Sum?

"Sumayyah itu orang yang tegar dan sangat pemberani. Dia berpegang teguh pada  apa yang diyakininya. "

"Dia berserah tapi bukan berpasrah"

"Sampai akhirnya jadi wanita yang pertama syahid"

"Itu cita-cita mulia setiap orang. Dia dapat itu dan jadi yang pertama"



Betapa doa yang diberi ayah-umi begitu dalam.


Tegar. Pemberani. Berserah.


Ah, semoga nama yang menjadi doa itu segera dikabulkan.


:((((((((((



Bismillah hari pertama Ujian Sekolah.

28 hari menuju UN
85 hari menuju SBMPTN

Angka-angka di atas layar itu tiap hari berkurang.

Seberapa jauh kamu bergerak?

Senin, 22 Februari 2016

Delapan Belas Tahun

Terimakasih telah menurunkan hujan hari ini
Biar sepi
Hilang berganti

Terimakasih telah menurunkan hujan hari ini
Biar menemani
Hingga terlelap nanti

Terimakasih telah menurunkan hujan hari ini
Biar kamu pergi
Aku pun tak peduli

Terimakasih telah menurunkan hujan hari ini
Ingatkan diri
Masih banyak hal yang lupa disyukuri

Terimakasih telah menurunkan hujan hari ini
Biar jadi saksi
Umurku lagi berkurang 365 hari

Jumat, 19 Februari 2016

Pemimpi?

Mimpi-mimpi itu entah kemana. Abai tak dipegang erat-erat. Impian-impian itu entah bagaimana. Rasanya hanya mau selamat. Tapi, ke kanan kiri pun belum tentu selamat. Sampai tiba waktunya.

Ah kangen yang seperti dulu. Selalu menulis mimpi-mimpi di buku harian. Menulis list apa-apa yang harus dicapai. Mencoret satu demi satu sambil menulis yang baru. Sambil membayangkan akan seperti apa. Lantas bergerak.

Entah mimpi-mimpi itu bagaimana. Dasar pengecut. Sekarang menjadi penakut. Bahkan mimpi di papan tulis kelas sudah dihapus. Semudah itu melepasnya?

Bahkan dulu tulisan di meja ketika putih biru, "if you can dream it, you can do it" Kalimat sakti yang menemani saya sampai lulus disana.

Sekarang?

Penakut. Penakut.

"Jangan pernah remehkan impian seseorang, karena Tuhan pun tidak pernah" - 2



Masih diam-diam saja.

Belum sebesar itu ya mimpi kamu?

Belum sepantas itu ya mimpi kamu untuk diperjuangkan?

Ayo bangun, Sum.

Senin, 08 Februari 2016

Melepas Baik-baik

Jika berjalan bersama tak memperbaiki kita, maka ikhlaskan kita berjalan di jalan masing-masing. Bahkan jika itu sulit, ikhlaskan. Kita saling tahu bahwa beda jalan belum barang tentu beda tujuan. Sementara, masihkah kau mencemaskan kepergian kala rumah yang sama menjadi tujuan untuk tinggal? Aku tidak cemas dengan rencana baik Tuhan.


Kepergian memang tak menyisakan baik-baik saja setelahnya. Bahkan jika itu pergi untuk kebaikan kita. Namun, kau harus ingat ini baik-baik, bahwa bertahan pada hal-hal yang mendekati buruk tak memberi kita perbaikan. Meski mungkin jika berbenah bersama-sama akan terasa lebih mudah, ikhlaskan “sendiri” menjadi cara untuk “memperbaiki”.

Dalam kesendirian kita jadi bisa lebih banyak bergantung pada Sang Pencipta, bukan pada masing-masing kita yang adalah sebatas ciptaan-Nya. Akan mengerikan mengetahui tempat bergantung adalah pondasi yang busung, bukan kokoh lebih dari segala yang nampak perkasa. Tanpamu aku akan baik-baik saja dan menjadi manusia yang “baik-baik” selama Tuhan kuikutsertakan.

Kau takut jika akhirnya kita tidak menemui senang di masa mendatang? Takutlah pada kita yang semakin memburuk jika terus-terusan terpuruk. Bahkan jika kita tidak lagi bersama, kita masih punya doa untuk diijabah. Maka ikhlaskan aku, kumohon. Mari kita selesaikan kita di masa lalu dan menulis kita yang baru. Jodoh adalah cerminan diri kita. Jangan takut aku bukan untukmu.

Maafkan. Aku hanya ingin dimenangkan dengan cara yang halal.


(Source: satusenja.tumblr.com)


Cie. 

Sabtu, 06 Februari 2016

Wa(k)tu.


Detik tak pernah lengah berdetik
Menit tak pernah menunggu untuk berlalu
Jam tak pernah ragu untuk berdentang


Tik tok tik tok
Suara jarum berputar
Si merah berlari dengan kencang
Si jangkung bergerak perlahan
Si bungsu bergeser lantas bernyanyi


Itu peringatan
Satu jam telah berlalu
Sudah habis nyala api di perapian
Sudah habis hingar bingar malam


Selamat malam
Semoga jumpa
lagi.




H-58 UN
H-115 SBMPTN

Bismillah. Innallaha ma ana. 

Kamis, 04 Februari 2016

Iya.

Bismillah.

Dimanapun nanti,

Semoga bisa menjadi sebaik-baik pelayan masyarakat.


Jadi peri gigi, ya? :)

Minggu, 24 Januari 2016

Rasanya kini menjadi seorang pengecut. Menjadi seorang pencundang. Terlalu takut mengambil resiko ini dan itu. Takut menghadapi realita. Hanyak takut dan terus meragu.

Bahkan sholatnya, pun, belum ditunaikan kan?

"Kenapa? Takut jawabannya bukan?"

Kemudian diingatkan pada suatu malam,

" Barang siapa mengerjakan kebajikan, dan dia beriman, maka usahanya tidak akan diingkari, dan sungguh Kamilah yang mencatat untuknya. " (QS 21: 94)

Terdiam.

Karenanya, ada yang terlupa.

Pengharapan hanya padaNya.  Gelisah selama ini terjawab sudah bukan? Ada yang hilang. Ada yang terlewat.


Belajarnya kurang kenceng, sum

NFnya kurang getol

Sujudnya belum lama

Ibadahnya kurang


Banyak yang harus dikerjakan bukan sum? Dibanding meratapi yang dulu-dulu. Ah biar.

"Kalau untuk yang itu ikhtiarnya udah selesai. Tapi kalau mempersiapkan untuk yang nanti itu baru sempurnanya ikhtiar. Allah melihat siapa yang benar-benar berikhtiar" -Mas Ari.

Jadi, Depok / Jatinangor? 

Selasa, 12 Januari 2016

Tentang.

Saya selalu merasa baik-baik saja dalam suatu perubahan. Sekalipun pada awalnya saya harus bekerja ekstra keras untuk menyesuaikan dengan keadaan tersebut. Sibuk menata diri sedemikian rupa.



Saya selau menyiapkan pilihan-pilihan lain dalam setiap kemungkinan. Saya tidak hanya terpaku pada satu pilihan saja. Meski kadang sulit untuk menerima. Tapi, sekali lagi saya ingatkan untuk bersabar dan bersyukur.



Saya tidak pernah merasa khawatir ketika menunggu. Asal ada buku atau apapun yang menemani saya. Itu lebih dari cukup. Walau banyak orang yang bilang melelahkan. Tapi saya senang.



Saya sudah mengalami kegagalan dan penolakan. Berulang kali. Meski sulit untuk bangkit. Tapi Allah menyuguhkan pilihan yang sungguh terbaik. Dan saya selalu bersyukur atas hal-hal tersebut.




Tapi ada satu hal. Adalah sebuah pengecualian. 


Jujur, keinginannya masih sama.


Pilihannya masih sama.


Sungguh, itu mimpi dan cita saya.


Boleh saya tetap menggenggam pilihan itu?



Yang tak pernah lupa diucapkan dalam setiap doa dan sujud.


Saya masih boleh memohon untuk hal itu kan? 


Semoga memang yang terbaik.


 InsyaAllah.



 Your future dentist?

Jumat, 01 Januari 2016

Momen

Angkanya berganti lagi. Suara riuh menandai bertambahnya angka itu.Perayaan yang lambat laun justru aku pertanyakan. Aku ragukan. Aku jauhkan. Saya tidur cepat semalam. Bahkan tak mendengar suara-suara itu. Setelah berkumpul bersama keluarga besar dari Umi, salah satu sepupu saya bertambah bilangan tahunnya. Alhamdulillah masih bisa berkumpul.


Saya terbawa mimpi tentang ingatan tahun lalu....


Kuaci di bulan Januari


Surprise di Februari (Meski sempat terlupa)


Keliling Solo di Maret hanya bersama Umi


Kejutan lagi di akhir April (
SUDAH TELAT BERAPA BULAN YA?)


Heboh Mekah, ikut star party, dapet tiket ke Bali di pertengahan Mei


Merealisasikan kemenangan selfie, pergi berdua ke Bali di Bulan Juni (Ah Juni....)


Pulang ke kampung halaman dan Allah menguji kami sekeluarga di penghujung Juli.


Memulai masa pengenalan kepada mereka di Agustus


Akhirnya menyerahkan dengan sepenuhnya (bapernya kebawa sampe sekarang..... HIKS) di September


Katanya Goes To Campus ke Bandung-Semarang-Malang di akhir Oktober, awal November.



Dan......ditutup dengan Desember yang selalu begitu?