Sabtu, 04 Juni 2016

“Kapan rasa syukur kita mengalahkan kekhawatiran pada hidup yang sedang kita jalani dan keresahan tentang masa depan?” -Kurniawan Gunadi


 Syukur, satu hal dari sekian banyak yang sering kali kita lalai akannya. Kapan rasa syukur mengisi setiap kejadian suka maupun duka? Kapan rasa syukur digumamkan bahkan sekalipun dalam kekurangan? Kapan rasa syukur bergema ketika dilimpahkan nikmatNya yang tak terkira? Bahkan sudahkah mengucap rasa syukur akan nafas yang masih berhembus, mata yang masih terbuka di pagi hari ini, kaki dan tangan yang senantiasa bergerak dengan kokohnya?

Sekalipun dalam keadaan teruji, bagaimana kita bersyukur bahwa Allah ingin mengangkat derajat seorang HambaNya ke sisiNya yang lebih tinggi. Bahwa Allah ingin menguji keimanannya. Bahwa Allah mengingnkan hambanNya kembali pada fitrahNya. Bahwa Allah amat sangat menyanginya.

Kapan rasa syukur dan sikap prasangka baik kita menjadi pilar-pilar prinsip yang kita tegakkan setiap harinya?

Menjalani kehidupan saat ini tentu tidak mudah. Persaingan sosial yang begitu ketat, dimana harta dan tahta begitu didengungkan. Tolak ukur kesuksesan menjadi apa-yang-ia-punya-di-dunia. Iri dan dengki menjadi santapan sehari-hari. Merasa tidak puas akan kekayaan, jabatan yang dimiliki.

Kemana rasa syukur kita? Dimana rasa menghamba pada Tuhan Yang Maha Esa?

Sedikit melihat seseorang mempunyai kelebihan, lantas meraung ingin memilikinya juga. Mungkin saat ini salah satu dari kita masih berstatus pelajar, lantas meminta ini dan itu pada orang tua. Menuntut segalanya menjadi sempurna, semuanya dikabulkan seperti yang kita inginkan. Tapi sayang, bukan begitu mekanismenya.

Ada yang diberi kelebihan sehingga langsung tercapai. Ujian kenikmatan, lantas bersyukurkan kita? Atau melupakan siapa yang memberi? Ada yang diminta berjuang dan bersabar terlebih dahulu. Ujian kenikmatan pula, akankah kita menyerah dan malah menjauh, bahkan menyalahkan?

Banyak hal dalam hidup ini yang tidak berjalan sesuai dengan apa yang kita kehendaki, karena ada Tuhan Yang Maha Berkehendak. Ada Yang Maha Mengetahui. Ada yang langsung dikabulkan, ada yang ditunda, ada juga yang diganti menjadi lebih baik.

Belum-belum mengerti soal ini, sudah berburuk sangka padaNya, pada takdir. Kehidupan dunia sering kali membuai sehingga melupakan timbangan-timbnagan akhirat. Kita lupa untuk apa ada di dunia. Kita lupa pada kehidupan yang kekal abadi nanti.


Alhamdulillahi rabbil ‘alamin
Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam

Kapan terakhir kita bersyukur?

Tulisan untuk seseorang yang kami sayangi
Semoga selalu dilimpahkan rahmat dan hidayahNya



Tidak ada komentar:

Posting Komentar