Selasa, 25 Desember 2018

Memulai : Episode Baru

Tahun ini ditutup dengan bulan-bulan dipertemukannya dengan orang-orang baik. Rasanya menyenangkan dan banyak sekali pelajaran. Tapi rasa minder dan ketidak percayaan diri juga kadang sama besarnya. Melihat diri yang masih jauh dari kata baik. Eung. Lagi.

Saya kira, saya sudah selesai dengan diri sendiri. Rupanya belum. Rupanya tidak akan. Sebab manusia memang akan terus berproses kan? Segala ketakutan dan kekhawatiran kembali muncul ke permukaan. Dan Sumayyah yang selalu percaya diri di depan banyak orang rasanya sedang tenggelam.


Lagi dan lagi. Saya kembali berputar dalam siklus itu. Perasaan-perasaan negatif yang menyelimuti. Saya kira semua nasihat dan segala pesan sudah cukup. Nyatanya, saya belum selesai juga.

Tapi, katanya itu tugas utamanya sekarang. Harus diselesaikan. Sebelum melangkah dalam jalan ini, saya harus berdamai dengan diri. Meninggalkan semua kenapa saya, dengan bagaimana saya menjalaninya.

Hari ini, ditampar lagi. Memang setelah berada disini banyak sekali peringatan-peringatan yang masuk. Mungkin memang jalan dari Allah untuk Sumi berubah dan berproses menjadi lebih baik lagi. Dimulai dari teman-teman yang wah sampai segala hikmah yang selalu bisa diambil.

Memohon banyak kekuatan untuk setahun ke depan karena....................................

Tidak tahu jalannya akan seperti apa. Tapi semoga Allah selalu meridhoi. Hanya bisa berbaik sangka, semoga amanah yang datangnya dari Allah ini membawa keberkahan.


Doa yang tidak pernah terlupa, semoga senantiasa ditangguhkan seperti namanya.




"barakallah wa astaghfirullah..."  abistu w histeris bacanya:(



Masih di Jatinangor, 25 Desember 2018
20.25 WIB

DOAIN LUSA SOCA!!!!!!

Selasa, 07 Agustus 2018

Tulis

SEBELUMNYA MAU MENGAPRESIASI DIRI

SELAMAT SUDAH DELAPAN TAHUN BERSAMA BLOG INI SUMAYYAH!

Iya anaknya emang self-love banget.

Akhirnya anakku sudah delapan tahun!

Dari kecil saya suka sekali menulis dan membaca. Umi sering beliin novel anak terbitan Dar!Mizan. Novel itu udah ada sebelum KKPK hits pada masanya. Barulah KKPK bermunculan, saya makin suka baca. Dari kelas 1 SD, saya udah punya diary. Sampai sekarang. Kalau ditotal kurang lebih ada lima atau enam. Sekarang tapi saya lebih sering menulis di platform sosial, di laptop, atau di note HP. Dulu, saya selalu tulis tangan dan diawali dengan,

Dear diary, 

HAHAHAHAHAHA. lengkap dengan tanggal dan Kota Bogor kesayanganku.

Kalau ditanya bisa nulis atau enggak, sejujurnya saya bakal bilang saya gabisa. Tapi saya suka.

Buat anak yang extrovert pernah hampir 95% (HAHAHAHAHA CUY! ) menulis buat saya adalah suatu keseimbangan. Saya merasa lebih jujur dalam tulisan-tulisan saya. Bukan berarti dalam keseharian saya bohong. Enggak juga. Cuma ada beberapa rasa yang saya hanya berani tuangkan dalam tulisan. Apasih w.

Kalau ngobrol sama oang dan berada dalam lingkungan sosial dimana saya berada, saya bawaannya pengen jadi anak yang senang terus, anak yang hobi ketawa-ketiwi, cerita sedih pun masih bisa membuat tersenyum, cerita kesal pun diakhiri dengan tawa.

Maka menulis adalah jalan terbaik untuk diri saya. Selain Dia Yang Maha Tahu, saya bisa lebih jujur sama diri saya sendiri. Saya bisa marah, saya bisa sedih, kesel, kecewa, takut, saya bisa bilang bahwa saya sedang tidak baik-baik saja.

Saya selalu percaya kalau hal-hal yang baik, hal-hal yang membuat bahagia, tersenyum, dan tertawa adalah suatu pesan berantai yang tidak boleh terputus. Kalau anaknya selalu keliatan seneng terus dan bahagia dimanapun berada, percayalah, saya hanya ingin menularkan ini ke kamu.


Maka, saya juga berterima kasih, kepada orang-orang yang pernah melihat sisi lain dari diri saya dan menerimanya. Serta menemani saya. 



Suatu saat padanya juga saya akan menjadi orang yang paling jujur. 
YAELAH SUM.




"Jaman gini masih nulis hobi membaca dan menulis?"

"ya emang hobi!"

"Hobi tuh belanja kali!"

Ya itu juga suka sih........





oiya untuk bonus, selamat membaca ampas tahu-ku

coretanpagi.tumblr.com

medium.com/@sumayyahsya


jangan ketawain ya!

Menjadi

Tau gak sih apa yang saya pikirkan dahulu perihal orang dewasa? Hal-hal yang buat anak kecil adalah sesuatu yang wah! Padahal hanya sekedar bisa pergi tanpa perlu Umi dan Ayah ikut. Padahal hanya bisa berbelanja sendiri, Padahal hanya bisa pulang malam. Padahal bisa makan ini itu tanpa dibilang, "Makan es teroooooooooooos" atau dibilang "jajan muluu sih!"

Dulu melihat orang dewasa adalah seuatu yang wah buat saya. Keren aja gitu di mata saya. Orang-orang berbicara dengan begitu lancarnya, orang-orang yang memakai setelan rapi, orang-orang di depan laptop sibuk mengerjakan hal-hal yang tidak saya pahami. Dulu sesuatu itu adalah hal yang ingin sekali saya cepat-cepat capai.

Dulu ada banyak hal yang ingin saya ketahui, namun tidak bisa saya ketahui dengan satu kalimat ajaib, "kamu kan masih kecil"  Urusan-urusan orang dewasa yang sungguh membuat penasaran.

Apakah dengan menulis ini saya merasa sudah menjadi dewasa?

o-ow

Katanya, tahun ini, selamat datang di kepala dua. Gerbang awal dari kedewasaan.

Tapi, saya masih merasa diam di tempat. Bayangan tentang orang dewasa yang keren ga ada satu pun yang melekat pada diri saya.

hehehehehehehehe.

Ah ya, kan ini baru awalnya?

Saya masih menjadi Sumayyah yang ceroboh , (anyway, saya baru aja jatoh menggelinding empat tangga di Candi Borobdur. Eeeeeer malunya! Tapi sakitnya juga luar biasa HUHU. Sehari terkenal deh tuh sampe turis ngeliatin) Saya masih jadi orang yang plinplan dan sulit menentukan keputusan. Asli ya sekedar beli molto aja harus tanya Umi dulu. Dan segala kelakuan yang bikin geleng-geleng kepala.

Saya sampe bertanya-tanya sih, butuh berapa lama untuk mendewasakan diri saya sendiri? wkwkwkwkwk.

Tapi, gapapa, Sum, dinikmati, Katanya sih jadi orang dewasa tidak semenyenangkan itu.


Selamat meninggalkan angka belasan ya, Sumi! Plis kurangin pecicilannya. 


Kukira Semua Baik-baik Saja

Kukira semua baik-baik saja. Rupanya aku keliru. Ternyata ada bom waktu yang menunggu untuk diledakkan. Puncak dari amarah karena ketidakpercayaan. Kebohongan yang mulanya kecil kini kian menggunung. Sulit lagi untuk membedakan. Bagaimana pakar wajah, apakah dia berbohong? Hilangnya rasa bersalah kala melanggar fitrah sebagai seorang manusia.

Kukira semua baik-baik saja. Rupanya aku keliru. Tawa ini ternyata menyimpan kesedihan begitu mendalam. Aku masih bisa mendengar isakkan yang pilu, seraya menggigit bantalku, takut terdengar pula tangisanku. Air mata yang sudah lama tertahan itu akhirnya turun juga. Menderas seiring dengan kecewa yang entah sudah diterimanya beberapa kali.

Kukira semua baik saja. Pagi tadi masih terasa hangat. Kesibukan pagi yang aku rindukan. Walaupun aku masih berada di balik selimut. Pagi tadi masih ribut. Sibuk menyiapkan keperluan hari ini. Hanya, tidak tahu bahwa siang sudah menyiapakan sesuatu.

Kukira semua baik saja. Rupanya ada kepingan-kepingan sakit hati, kekecewaan, dan rasa tidak percaya yang terlanjur berkeping. Beranak satu demi satu.



Kukira semua baik saja, ah, ini kah memang hidup yang berliku? 

Semoga semua akan baik saja.

Selasa, 24 April 2018

Memang manusia, tidak pernah berhenti mencari kan
Sekalipun seorang nabi yang mencari tuhannya, dalam gelap malang dan terangnya siang


Apa akan selalu ada tanya yang terus dicari jawabannya
Katanya, itu memang akal
Keutamaan yang diagungkan oleh makhluk bernama manusia


Kapan kita berhenti
Sebab itu adalah tanya yang tak berujung


Akhir-akhir ini sering bertanya-tanya pada diri sendiri. Tentang apapun.
Apakah kembali pada fase dimana seorang anak yang bertanya untuk mengenal dunianya,
memang orang dewasa sudah tahu bagaimana dunianya?


Tapi lagi meragu
Jawaban ini yang saya inginkan?
Atau memang ini jawabannya sebenarnya?


Atau apa?



Sabtu, 24 Maret 2018

Am I Left Behind?

Ada sebuah penyakit, saya tidak tahu nama resminya. Tapi kita namakan saja "Sindrom Ketinggalan Balapan".

Indikasinya begini :
  • Kamu sedang belajar atau meniti karir, tapi have no idea kamu mau jadi seperti apa di ujungnya nanti.
  • Kamu ngeliat figur-figur hebat di bidang kamu. Di satu sisi kamu jadi bersemangat, di sisi lain kamu jadi overwhelmed karena ngerasa banyak banget hal yang mesti kamu pelajari untuk berada pada posisi seperti mereka.
  • Efek lainnya juga, mungkin kamu jadi ngerasa ketinggalan, atau bahkan ngerasa udah salah jalan selama ini.
  • Lalu kamu ngerasa tahun-tahun yang sudah kamu lalui kamu habiskan begitu saja, agak sia-sia. Kesal dan menyesal rasanya.
  • Terlebih, kalau figur yang kamu lihat adalah teman sebaya kamu. Ada yang udah sampai disana, ada yang udah jadi ini, ada yang sudah mnghasilkan itu. Rasanya pengen mencet tombol restart hidup --andai saja ada.


Apa yang mesti dipikirkan-dilakukan dalam kondisi begitu?

Penanganan pertama : "Ingat, hakikat yang paling hakiki tentang hidup, bahwa kita semua akan mati, lalu semua cita-cita, pencapaian , karir --betapapun cemerlangnya, akan berakhir. Tutup buku. Apa yang penting adalah amal yang kita niatkan, persembahkan, untuk Sang pencipta."

Penanganan kedua : "Ingat, semua orang berproses. Semua yang ada di puncak pernah mendaki dari bawah. Jika kita masih di bawah, santai aja. Panik tidak akan membuat kita berada di puncak. Tenang. Terus berjalan, selangkah demi selangkah. Lakukan sekecil apapun upaya kamu untuk menjadi versi lebih baik dari kamu, setiap hari, setiap waktu "

Penanganan ketiga: "Ingat, hidup bukan balapan. Yang lebih dahulu menjadi hebat tidak membuatnya superior secara permanen dibandng kita ; suatu saat kita bisa melampauinya. Terlebih, yang di mata kita sudah hebat, barangkali payah dn berantakan dalam sekian aspek --yang mungkin kita baik disana. Kasih sayang keluarga, pertemanan yang berkualitas, ibadah yang khusyu' --banyak sekali hal matters dalam hidup yang tidak perlu syarat untuk memilikinya. "

Oke, sementara segitu dulu.

Tarik nafaaas, hembuskan. Ayo kita jalan lagi, selangkah demi selangkah.

It does not matter how slowly you go as long as you do not stop.

Confucius.

Bismillah.


source : yasirmukhtar.tumblr.com



Saya menemukan tulisan ini kira-kira satu tahun lalu. Dan selalu saya jadikan sebuah reminder. Saya setuju dan teramat setuju. Bahwa hidup ini bukan balapan, dan akan ada saatnya kamu pun berada di posisi orang yang kamu merasa dia jauh berada di depan kamu.

Contoh nyata dalam kehidupan saya saat ini adalah saat praktikum. Saat pekerjaan teman-teman kamu sudah di ACC (accepted mungkin? Saya juga ga ngerti sebenernya. Yang jelas saat pekerjaan sudah OKE! dan dinilai oleh dokter supervisor) dan mereka sudah lanjut berjalan. Sedang pekerjaan kamu lagi-lagi ditolak dan minta diperbaiki (Lagi)

Saya sudah pernah bolak-balik hampir lebih 5X saat ACC kawat, sedang teman kamu hanya sekali saja. Lebih dari 10X untuk mencetak rahang, sedang teman kamu hanya 1-2x saja. Adalah hati yang berlapang salah satu kuncinya.

Oke gapapa, gapapa, bisa-bisa!

Adalah satu hal yang selalu saya tanamkan saat berada di lab. Seringkali perasaan-perasaan tidak berbakat, payah, dan lainnya menghantui.


Sumi gabisa, gabisa, gabisa!

Kadang sudah se-frustrasi, se-stres itu.

Tapi lagi, bahwa belajar adalah sebuah proses yang panjang dan (memang) melelahkan untuk mencapai tujuan tersebut.

Untuk aku, kamu, dan siapapun yang merasa tertinggal, teruslah berjalan dan jangan pernah berhenti.



Semangat Sumi!!!!!!!! (dan kawan-kawankuuu!)

Semoga Phantum latihan, kontur gusi, adam's clasp, dan labial bownya di-ACC ya :(


Bogor, 24 Maret 2018
Halo, hujannya Kota Hujan

Rabu, 21 Maret 2018

Karena

Saya pengen teriak kenceng-kenceng ke diri sendiri dan bilang , "SUM, ITS OKAY NOT TO BE OKAY!!!"

Kemaren Sumi sempet ada di fase lelah, pengen nyerah, males, pengen marah, dan semua perasaan-perasaan negatif lainnya. Praktikum jadi alasan salah satunya. Tamu bulanan jadi alasan pembenarannya. Lainnya adalah hal-hal yang Sumi gangerti dan tidak ketahui. Pokonya...... it feels really bad. HUAH. Pengen teriak kenceng-kenceng.

Kemaren sore juga di depan mushola, mencoba menyapa semua orang dan berusaha (terlihat) bahagia seperti biasanya. Masih tertawa saat dikomentari outfit Sumi yang kaya anak SD hari itu, yaiya kemeja putih, rok merah. Katanya kurang bergonya aja. Oke, akan kucoba nanti!

Tapi ada yang salah dan gaenak. Huhuhuhuhuuuu. Ada orang satu dua berlalu lalang nanya kerjaan praktikum dan makin membuatku terpuruk. HAHAHAHA ga deng! Kerjaan minggu ini belum ada yang di ACC dan ku merasa sedih (Sebenarnya) Tapi tetap merasa, Iya gapapa ya.

Sampe di kosan berusaha mecari-cari agar senang. Bikin bola-bola coklat, adalah sebuah keimpulsifan yang lumayan membuat senang. Terus masak nasi goreng teri ala-ala pake omelette. Membuat senang dan kenyang.

Sebenernya pengen banget ngeluh. Pengen cerita ke siapapun. Pengen! Pengen banget! Tapi gabisa. Udah mencoba ngetik ke Kakak tapi dihapus lagi. Sudah di chat room bersama Tannia, tapi dihapus lagi. Rasanya kaya, kok lu ngeluh sih? Emang lu doang yang susah?

Puncaknya adalah ketika ga tahan lagi dan menangis sejadi-jadinya. Jangan tanya kenapa, karena, Sumi juga ga ngerti...... Satu-satunya harapan saat itu adalah, plis plis Sumi butuh sholat saat ini juga. Tapi gabisa.


Kenapa sih, Sum? Susah banget ya berbagi? Gamau keliatan lemah ya?Maunya kelihatan senang terus ya, Sum?


Saya mencoba, mengajak diri saya sendiri untuk mengakui bahwa kadang adalah suatu hal yang wajar ketika tidak terlihat baik-baik saja. Sesekali, bilang kalau lagi sedih itu, gapapa kan? Atau bilang kalau hari ini saya mengalami hal yang buruk?


Kenapa sih , Sum? Kenapa? Susah ya buat percaya? Sebegitunya?


Sumi ingin menjawab karena-karena yang lain, tapi Sumi juga ga ngerti dan gamau tahu.

 Gapapa kok, Sum, gapapa. 

Adalah hal yang terus Sumi ulang-ulang tadi malam bersama dengan alunan murotal. Memang satu-satunya penenang.


Jatinangor, 21 Maret 2018
8.56 WIB, pukul 10.00 baru kuliah.





Minggu, 04 Maret 2018

Kemarin, Sebelum 20 Tahun

Semoga besok,

Semoga besok, bukan sekedar angkanya saja yang bertambah. Tapi pemahaman baik dan segala kebaikan yang menyertai.

Semoga besok, dengan berkurangnya waktu saya di dunia, tidak mengurangi keberkahan yang diberikanNya. Tidak mengurangi rasa syukur akan hal yang saya miliki maupun tidak.

Semoga besok, segala kekhawatiran dan ketakutan, segala spekulasi saya mengenai kepala dua, adalah sebuah perjalanan yang semoga selalu mendapat hikmahnya.

Semoga besok, saya masih diberi kesempatan untuk menemuinya.


Jatinangor, 21 Februari 2018
07.37, menunggu jadwal kuliah.

Semoga besok, segala penerimaan dan berserah diri padaNya semakin bertambah dan selalu membersamai. 



Hehehe, tidak sempat di-post di blog. Satu hari sebelum berkepala dua dalam tumblr yang juga merayakan satu tahunnya! Yey!


Lagi-lagi, berterima kasih kepada banyak orang yang telah mendoakan. Tetep doain Sumi ya!



luuuuuuuuuuuuuuuuv banyak-banyak,
Sumayyah yang akhirnya 20 tahun,


Jadi?

 Dalam sebuah staffing,

"Aku mau pilih yang haha hihi!" , saya tertawa, bercanda.

"Ih jangan semua yang sebangsa sama Sumi, nanti image keputriannya ilang!" , saya tertawa lebih keras lagi.


Dalam sebuah wawancara, 

"Jadi kenapa kamu pilih keputrian?"

"Iya teh soalnya.. ingin jadi muslimah yang lebih baik lagi. Kan keputrian.."


Dalam sebuah percakapan bersama adik tingkat, 

"Masuk keputrian dong!"

"Engga ah , teh! Ga cocok! Aku kan ga anggun, ga cewe banget"


Lah?


Tahun ini saya diberi amanah jadi kepala departemen yang orang pasti mengiranya bercanda. I know. Lucu aja sih. Kebayang gak?


Kemaren kumpul sama kadept-kadept lain se-Unpad, dan rasanya, mo pulang aja, bobo-bobo di kosan. Apa ya, tipikal yang kalau ketawa ga lebar-lebar, ngomongnya santun enak didenger, yang kalau duduk tuh sist, apa sih namanya? Bukan sila lebar-lebar lah yang jelas.

Heuuuuh. Lagi dan lagi.


Kira-kira dua atau tiga tahun yang lalu saya pernah merasakan hal yang sama pas saya kepilih jadi Mas'ulah FSRB (ketua perempuannya gitu di forum rohis se-bogor-eun ). Ih mo ngumpet aja rasanya. Katanya Sumi orang yang urat malunya udah dijadiin baso urat bulat-bulat?

Kejedot angkot? check
Jatoh di trotoar sambil nyerodot? check
Jatoh di tangga gedebag gedebug? check
Yel-yel ala-ala sampe suara serek? check
Bacain puisi sambil tawa-tawa sekelas? check
Salimin abang ojek? check
Lupa lepas helm gojek? Dipakein helm sama abangnya? check check check!


Tapi kalau ketemu mereka, saya malunya luaaaaaaaaar biasa. Minder banget. Liat kerudungnya adem. Liat mukanya tenang. Denger suaranya berasa minum langsung  dari mata air.

Terus kenapa gitu , Sum?

Saya sibuk memikirkan ini dan itu. Ga percaya diri. Merasa ga pantas. Merasa masih jauh dari hal-hal baik seperti itu.

Masa, Sum?
Terus mau apa?

Adalah pertanyaan yang sering saya ulang-ulang. Kok kamu jadi nyalahin keadaan sih? Kok malah jadi mundur?


Walau satu ayat

Serulah kamu dalam berbuat kebaikan dan mencegah kemunkaran


sum, sum, sum, 


udahan sibuk sama diri sendirinya?!



Jadi, Sum, mereka adalah mereka. Kamu adalah kamu. Sepakat?

Semoga pemahaman saya mengenai perbaikan diri yang setiap orang punya jalannya, punya caranya masing-masing terus tertanam.

Pelan-pelan ya, Sum?


Saya jadi teringat kata teteh mentor jaman SMA,

“Islam tidak membunuh karakter, kok. Ga ada yang maksa harus jadi akhwat pendiem. Karena karakternya memang diciptakan begitu. Malah kadang jadi warna tersendiri, yang bahkan karakternya cocok untuk dakwah di segmen tertentu”


semoga. 


Jumat, 09 Februari 2018

Masak

Salah satu hobi saya yang mungkin ga diketahui dan diragukan oleh banyak orang adalah memasak. Cia! Ga ada tampang-tampangnya emang ya. Memasak juga jadi salah satu favorit saya karena saat itu akan muncul percakapan-percakapan dengan Umi. Percakapan mulai dari A-Z , dari serius sampai bercanda.


Enggaklah! Masakan saya ga se-wiwow itu hu hu hu. Belum setajam Umi feelingnya dalam rasa. Kalau masak bareng Umi saya mah cuma anak bawang. Yang bagian potong-potong, cuci-cuci, dan ambil bahan-bahan. Tapi saya senang. Saya dulu sering catetin resepnya Umi. Pokonya nanti harus bisa jago kaya Umi!


Saya beberapa kali pernah upload  gitu. Hehehe annoying gak sih. Komentarnya beragam sih. Kebanyakan adalah perihal istri idaman. Eh apa hubungannya? Saya seringkali bertanya-tanya. Emang kalau saya di dapur mengindikasikan untuk menyiapkan sesuatu gitu? Padahal biar ada kerjaan dan emang hobi saya kan acak-acak.


Saya sering nanya sama Umi,

"Emang dulu Umi pas nikah udah bisa masak?"


Umi menggeleng. Umi bilang memasak itu adalah sebuah proses belajar yang panjang. Asal ada kemauan. Saya senang dengar fakta itu. Saya jadi teringat sebelum kakak menikah, Ibu mertuanya sempat bertanya, apakah kakak bisa memasak atau enggak. Kaka hanya senyum-senyum.


Saya paham, setiap dari Ibu ingin memastikan bahwa anaknya berada di tangan yang tepat. Apalagi anak laki-lakinya yang mungkin cuma bisa makan masakan Ibunya. (Kaya Yasin sama Salman! Picky banget!)


Maka memasak menjadi sebuah syarat, sebuah parameter menjadi menantu idola, istri idaman.


Dan, saya tidak setuju!


Bagaimana degan gadis yang mungkin tidak berkesempatan belajar memasak sebelumnya? Dalam hal ini, saya bersyukur Umi selalu memaksa membantunya di dapur. Ketebalan potongan tahu-tempe, berbagai macam cara memotong wortel entah untuk sop, isian martabak, atau capcay, bumbu dapur yang saya masih sering tertukar. Tapi apakah kesempatan itu dimiliki setiap anak perempuan?


Atau mungkin soal waktu, soal bahan masakan, alat, dan hal-hal lain.

Atau mungkin sebuah keenggenan?

Atau soal cerita di balik dapur yang tidak diketahui oleh orang lain?

Siapa yang tahu.


Karena soal masakan adalah salah satu yang halal dan thayyib nya yang perlu diperhatikan. Tentang olahan yang tidak saja memanjakan perut tapi juga lidah, juga hati.


ngomong apa sih, sumi!!!!!!!!!



Salah satu cuplikan dari tulisannya Kurniawan Gunadi,


  • bu : kau kenapa , nak ? apa yang kau pikirkan ?
  • aku : ah ibu , aku hanya takut ibu tidak setuju dengan pilihanku ini
  • ibu : kenapa kau berprasangka seperti itu , nak ? apa yang terbaik dan menurutmu baik , ibu pasti setuju
  • aku : hmmmm . . . dia baik bu,insyaallah baik , rajin dan bersahaja , tapi satu yang mungkin mengganjal untuk ibu , dia belum bisa masak bu
  • ibu memasang muka masam , hanya sebentar , aku tertunduk , teringat sekali dulu ibu bilang bahwa ibu ingin seseorang yang pintar memasak , paling tidak seperti ibu , ibu pandai sekali memasak. katanya masakan itu bisa bikin seseorang tambah cinta.
  • lantas ibu berbicara
  • ibu : hahaaa tidak apa-apa , nak.
  • aku : sungguh bu , bukankah dulu ibu ingin perempuan yang pintar memasak sebagai salah satu syaratnya ?
  • ibu : nanti ibu yang akan mengajarinya , ibu yang akan menggemblengnya , kau tenang saja , paling dalam waktu 40hari , dia sudah jadi koki hebat seperti ibu , hahaha
  • ibu tertawa sejenak , aku lega
  • ibu : nak , berutunglah
  • aku : beruntung untuk apa ibu ?
  • ibu : karena calonmu itubelum bisa masak , kelak , masakan istrimu itu , kau menjadi laki-laki pertama yang mencicipi masakannya , setidak enak apapun , kau pasti akan tersentuh ketika dia berusaha keras untuk memasak makanan itu untukmu . kau adalah laki-laki yang beruntung karena yang merasakan masakannya pertama kali :)
  • aku : hahaha ibu bisa saja , terima kasih ibu . .


link lengkapnya  click!


Senin, 22 Januari 2018

Pembuka

 




Untuk menyadarkan bahwa setiap yang ada di dunia punya arti
Bahwa keberadaannya dibutuhkan orang lain
bahwa ia masih bisa membawa bahagia


Salah satu pembuka yang baik (sangat sangat sangat) di bulan pertama tahun ini, terima kasih
Satu bulan lagi, katanya
Hitungan hari yang kian dekat
Untuk apa dan mengapa


Tinggalkan anak tangga
satu
demi satu
Menapaki lebih tinggi

lebih jauh


Apakah canda akan berkurang adanya 
Apakah tawa akan hambar rasanya
Apakah masih bisa berjalan dengan cara yang sama
Apakah apakah apakah

kau mampu jawab segala tanya


Tapi aku hanya ingin
bahagia...