Rabu, 02 Agustus 2017

Yang Pernah Dilupakan



Saya selalu suka menjadi Sumayyah kecil. Bukan hanya saja soal fisik, sih. Sumayyah kecil yang saya kenal adalah anak yang mudah sekali termotivasi. Dulu saya pernah nonton 100 mimpinya Pembuat Jejak. Video itu viral banget dan selalu ada di training motivasi. Dan Sumayyah kecil pun dengan sotaunya ikut-ikutan.

Saya nulis di selembar kertas. Saya bahkan mengingat saya menulis dengan spidol pink. Mimpi-mimpi yang terkesan tidak masuk akal dan sok tahu. Kalau tidak salah saya waktu itu masih kelas 6 atau 5 (atau 4 ya?!) SD.


Entah kemudian saya melupakan tulisan-tulisan itu. Selembar kertas yang entah disimpan dimana. Saya kemudian masuk SMP. Kemudian ritual beres-beres yang dilakukan di setiap semester menemukan saya dengan kertas-kertas itu. Saya lupa tepatnya kelas berapa, kalau tidak salah di penghujung SMP.

Tapi betapa terkejutnya bahwa ada beberapa nomor yang ternyata perlu saya coret.


 
Jadi ketua OSIS

How a surprise. Saya mikir apasih nulis kaya gitu? Saya juga lupa pernah nulis itu. Ada beberapa lainnya yang saya coret. Saya merasa terharu, sedih, entah apa namanya. Sekaligus senang juga. Kemudian saya kembali menambahkan mimpi-mimpi itu. Kemudian siklus berulang kembali. Saya melupakannya lagi.

Liburan semester alias tingkat yang super panjang jadi momentum buat beresin lemari. Akhirnya saya bener-bener bongkar lemari. Dan saya kembali nemuin kertas-kertas mimpi itu lagi. 

 
Pergi ke Bali

 
Masuk kuliah lewat undangan


Lagi-lagi saya merasa tertampar. Hah? Buat saya pergi ke Bali itu adalah sesuatu yang wow. Karena keluarga saya memang jalan liburan gitu hehe. Saya inget betul sebelum naik kelas 12, saya pergi ke Bali sama seorang teman. Itupun karena menang lomba selfie dan kita dapet tiket garuda pulang-pergi. Aneh sih, tapi...

Ada banyak mimpi lainnya yang dicoret juga. Ada juga yang akhirnya saya silang dan tulis penggantinya. Masuk FK misalnya. HEHEHE. Tapi Allah takdirkan saya menjadi calon sejawatnya mereka.

Mimpi-mimpi itu menyadarkan bahwa bahkan ketika saya melupakannya Allah membersamai memeluk saya dengan mimpi-mimpi itu. Walaupun banyak juga yang tidak tercapai karena masanya sudah lewat, saya tahu Allah ganti dengan yang sebaik-baiknya.

Allah mendengar setiap apa yang diharapkan. Saya merasa bersalah juga sih ga mewujudkan mimpi itu dengan penuh ikhtiar. Ga bisa berhenti bersyukur bahwa Allah mendengar mimpi-mimpi itu. Mimpi-mimpi yang apasih banget Allah jadikan dengan caraNya yang paling baik.

Huhuhuhu mau menangis. Menjadi Sumayyah kecil, menjadi seorang pemimpi adalah satu hal yang ingin saya abadikan hingga semuanya berakhir di dunia. Saya akui menjadi seiring bertambahnya usia, saya menjadi semakin realistis. Atau takut? Rasanya mau menulis target-target saja sudah merasa gamang tidak dapat dicapai.

Sum, bahkan Alllah saja tidak pernah mengecilkan mimpi-mimpi kamu.

Sudah siap jadi pemimpi lagi, kan?




Tidak ada komentar:

Posting Komentar