Saya mulai bertanya-tanya, apa yang ada di pikiran Umi dan
Ayah 19 tahun yang lalu. Apa yang dirasakan Umi dan Ayah 19 tahun yang lalu.
Bahwasannya esok anak ketiganya akan lahir, di waktu magrib. Apakah sebegitu sakitnya, mi? Apakah
sebegitu cemasnya, yah?
19 tahun kemudian, di hari ini, saya mulai memikirkan
hal-hal tersebut. Saya mulai merasakan segala keresahan dan tanda tanya besar.
Apa yang diharapkan Umi dan Ayah ketika esok di 19 tahun yang lalu? Apakah bahagia?
Kemudian saya bertanya sudahkah menjadi harap dan doa yang
selalu dipanjatkan Umi dan Ayah. Apakah saya sudah menjadi seorang Sumayyah yang tangguh? Apakah saya sudah
menjadi jawaban dari setiap aamiin yang
dikirimkan ke langit?
Menjelang 19 tahun di hari esok, saya semakin ketakutan.
Berada dalam tahap ini, di usia ini, bukanlah sesuatu yang mudah. Sudah berapa kali terjatuh, Sum? Hehe.
Saya mulai menghitung sudah berapa banyak yang ditinggalkan dan ditemui. Sudah
berapa banyak kebaikan yang diberi. Sudah berapa banyak kesalahan yang semakin
menggunung.
Saya rindu 5 tahun yang lalu, 10 tahun yang lalu, 15 tahun
yang lalu. Saya rindu.
Di depan sana gerbang yang bernama dewasa jaraknya terasa
makin dekat. Sebentar lagi bukan angka satu yang menghiasi umur saya. Memang enak menjadi orang dewasa?
Ini ga ngikutin saya bertanya-nya Pak SBY kok :(
Jatinangor, 21 Februari 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar